Feeds:
Pos
Komentar

Posts Tagged ‘soeharto’

Serunya pilpres kali ini luar biasa, jokowi effect membuat pemilu kali ini menjadi lebih seru… perseteruan antara kubu Prabowo vs Jokowi yg dianggap sebagian masyarakat seperti perseteruan hitam dan putih menyebabkan suhu persaingan semakin meningkat. Semoga ini bisa menjadi pembelajaran bagi kita semua….

Saya mencoba menganalisa kekuatan kedua kubu dng memperkirakan persentasi suara dari tipe pendukungnya. Namun karena saya memang pendukung Jokowi, saya lebih menganalisa seperti apa kekuatan kubu Prabowo. Saya penasaran juga mengapa Prabowo bisa makin banyak pendukungnya ? Berikut ulasan bebas dan sederhana dari saya… jangan emosi membaca analisis gaya saya ini ya…silahkan menanggapi dng baik dan sopan.

Siapa saja dan seperti apa pendukung Prabowo menurut pengamatan saya.. sbb :

1. Mesin dan simpatisan PKS

  • Ini yg paling solid. Mesin partai PKS patut diacungi jempol… produktif dan solid. Motivasinya menurut saya lebih emosional… tapi sangat kuat….terlihat jelas sangat anti jokowi…agak membingungkan memang… kenapa membingungkan ? ini analisa saya :
  • Awalnya mereka anti Jokowi karena isu SARA.. Jokowi dianggap non muslim ..cina…bahkan antek yahudi… walaupun terbukti Jokowi muslim dan bukan cina serta secara fakta justru prabowo yg lahir dari lingkungan keluarga non muslim (ibunya menado kristen, adiknya  juga) yg mana hal ini dulu menjadi alasan tdk memilih jokowi. Tapi dng kenyataan ini… pemilihnya tetap taat anti Jokowi.. bahkan terus mencari kekurangan Jokowi. Disinilah kehebatan kreatifitas dan sistem kerja mesin partai PKS…
  • Jokowi jg dianggap selalu memilih wakil non muslim… padahal Ahok adalah usungan partai gerindra yg sekarang mereka dukung. Mereka tetap menutup mata dng kenyataan ini, dan tetap dng pendapatnya jokowi bahaya karena dekat dan sering dan akan terus bekerjasama dng non muslim.
  • Jokowi dianggap dikelilingi oleh org2 non muslim dan padahal gerindra juga banyak anggota non muslim dan juga sama dng pdip bukan partai islam. Tapi mereka memandang pdip lebih non muslim dibanding Gerindra….lagi lagi penggiringan opini dari mesin partai bekerja efektif disini.
  • Jokowi karena bagian dari pdip ..  pdip dianggap partai sarang preman… padahal buktinya Hercules preman kakap peliharaan Gerindra dan bbrp waktu lalu pasukan Hercules dan Herculesnya ditangkap dan dipenjarakan oleh Jokowi, hanya Jokowi yg dng tegas dan berani melakukan ini, sementara bertahun2 justru para preman dipelihara semua partai politik termasuk pdip…demikian juga partai pelindung preman tanah abang.. seperti PPP dng H Lulungnya… Jokowi beserta Ahok berani melawan kepentingan preman DPR dan DPRD….mereka menutup mata dng kenyataan itu.. tetapi hanya melihat Jokowilah yg negatif…….
  • Berita terakhir dikatakan Jokowi adalah bagian dari syiah….padahal setelah disodorkan berita bahwa prabowo menjamin perlindungan untuk syiah, kelompok inipun tanpa alasan jelas tetap khawatir dng berita syiah Jokowi tetapi tdk dng berita syiah Prabowo….luar biasa…
  • Dengan militan dan solidnya kelompok PKS ini kemungkinan mereka bulat mendapatkan suara 7%, sesuai hasil Pileg.

2. Gerindra

  • Karena soliditas partai ini tdk sekuat PKS, saya menempatkan Gerindra diurutan kedua….
  • Kalau ini sungguh pantas membela mati2an mendukung jagoan partainya ..secara logis ini masih wajar dan mereka juga militan. Syang tidak sesolid PKS… mengapa ?
  • Cara partai ini yg kurang elegan dengan menjelek-jelekkan Jokowi bahkan melakukan penyebaran fitnah…membuat internal partai tdk semua setuju. Walau bagaimanapun saat pilgub hingga sebelum pencapresan Jokowi, mereka masih mendukung dan melihat Jokowi sbg tokoh yg baik. Namun sekonyong-konyong berubah menjadi membencinya, mengolok-olok tidak amanah karena meninggalkan tugas (padahal saat pilgub, gerindra mendukung Jokowi meninggalkan solo sebelum masa jabatan ke dua selesai). Perubahan tiba-tiba ini seolah menelan ludah sendiri… tentu saja menjadi perang batin sebagian kader Gerindra. Efeknya sebagian pengurus dan simpatisan balik dukung Jokowi…atau menjadi Golput dan apatis….
  • Tapi mesin partai ini juga patut diacungi jempol …produktif dan agresif seperti sifat Prabowo.
  • Perhitungan suara maksimal dari kelompok ini diperkirakan 10 % suara . Dua persen dari pemilihnya sat pileg diperkirakan boikot atau berlawanan.

3. PAN, Golkar dan PPP

  • Menurut saya ini lebih banyak elit partainya…. Mesin partai kurang kuat. Namun secara urutan kekuatan PAN yg menempatkan Hatta Radjasa sbg capres lebih solid.
  • Golkar dan PPP secara terang benderang elit nya terpecah… apalagi grass rootnya…
  • Suara yg mungkin terkumpul .. PAN+Golkar+P3 = 12 % suara saja (dari seharusnya 27%).

4. Demokrat

  • Partai ini juga pecah… tetapi yg mendukung tetap memberi kontribusi kuat karena masih adanya mesin partai yg digunakan.
  • Untuk optimis bisa mencapai 5 % suara dari kelompok ini.. karena barisan sakit hati thd Jokowi pun masih banyak di kelompok ini… sakit hatinya pun kurang jelas alasannya.

5. Pecinta Pak Harto

  • Kelompok ini juga menganggap Prabowo adalah representatif keluarga Soeharto.. dng slogannya “penak jamanku toh” cukup kuat juga menggiring opini kerinduan akan orde baru..
  • Walaupun kecil tapi cukup solid juga….mungkin masih ada 1 % suara

6. Pegawai Negeri

  • Pegawai negeri yg khawatir akan tdk bisa lagi leluasa korupsi dan cukup takut dengan perubahan birokrasi yg kemungkinan terjadi jika Jokowi naik…umumnya juga menolak Jokowi…. Namun ini jg tidak semua…
  • Kelompok ini saya perkirakan sekitar 1%

7. Dokter & Profesi lainnya yg merasa terancam serta barisan anti Jokowi lainnya

  • Sebenarnya agak mengherankan para dokter ini…dengan kecerdasannya tidak bisa melihat secara gamblang mana yg lbh baik…
  • Analisa saya, sebagian dokter ini merasa terganggu dng program KJS Jokowi..merasa kesejahteraannya terancam dan RS menjadi rugi… ini saya kira karena salah paham. Entah karena sosialisasi yg kurang sempurna sehingga para dokter dan rumah sakit menjadi merasa dirugikan, atau memang ada provokator handal sesama dokter yg menciptakan opini buruknya Jokowi. Jika saja para dokter mau lebih memahami konsep dan sistem KJS Jokowi seharusnya tdk ada yg dikhawatirkan. Karena sdh terlanjur salah paham… mereka menjadi militan anti jokowi. Bahkan mereka menjadi mudah percaya bahwa jokowi pencitraan… kampungan…. nggak ada isinya… bodoh… bukan seorang leader…..
  • Kenyataannya KJS mendapat berbagai penghargaan bahkan terakhir menteri kesehatan memberikan apresiasi terhadap konsep ini.
  • Profesi lainnya yg juga mungkin terancam karena program jokowi saya kira alasannya salah paham atau terbawa provokasi sehingga di mata mereka jokowi jeleknya minta ampun…
  • Salah satu contoh kelompok profesi lain yg terpengaruh adalah Guru.  Sebagian Guru juga ada yg takut memilih Jokowi, karena mendapat fitnah bahwa Jokowi akan menghapus tunjangan Sertifikasi Guru… beruntung ini sudah dibantah langsung oleh Jokowi, namun yg sudah terlanjur percaya sulit juga diubah.  Kemungkinan profesi tertentu  termakan fitnah yg dihembuskan kubu Prabowo… bisa jadi… namun sy sulit memprediksi dan menganalisanya.
  • Kelompok ini mungkin tdk significant dlm perhitungan suara, tapi di sosial media cukup terdengar…

Nah dari hitungan di atas pendukung Prabowo saat ini sdh berkisar 36%. Ini sepertinya memang pencapaian luar biasa dari kerja keras dalam 3 bulan terakhir dari tim suksesnya. Dimana awalnya Popularitas Prabowo hanya belasan persen saja. Namun jgn lupa riset2 tersebut dilakukan dng jumlah calon lebih dari 2. Jika dari riset head to head Prabowo dng Jokowi CSIS Maret 2014, suara prabowo sdh diprediksi meraup 28,3 % sementara Jokowi 54,3 %.

Menurut saya kenaikan sekitar 8% itu (dari 28% ke 36%) …karena faktor koalisinya dimana PKS dan PAN serta Golkar yg cukup significant. Jadi tdk terlalu heran.. dan rasanya tim sukses Gerindra yaa ternyata tdk hebat2 amat…

Nah, bagaimana dng Jokowi yg dikatakan menurun ? Kalau dari dukungan partai dan simpatisannya.. PDIP+Nasdem+PKB+Hanura+PKPI … ini hanya sekitar 18+7+7+5+1 = 37% . (asumsi PKB tdk solid) Namun Jokowi diuntungkan dari limpahan grassroot partai Golkar, PPP, dan mungkin demokrat .. anggaplah 5+2+3 = 10%an ..jadi Jokowi diperkirakan saat ini sudah bisa meraup 47%.

Lalu bagaimana dng sisanya yg 17% …? Sy kira bisa jadi mereka sdh menetapkan pilihan namun saya tdk bisa prediksi. Dari perhitungan sederhana ini saja terlihat bahwa swing voters tdk sebesar yg digembar gemborkan 40%an, seharusnya swing voters lebih kecil dari nilai ini….karena dari 17 % yg tdk bisa saya prediksi, bisa jadi mereka sdh menetapkan pilhan dengan mantab . .. nilai ini dengan asumsi jumlah pemilih pilpres sama dengan pileg yg lalu.

Jika golput yg lalu sebesar 27% sebagian ikut karena jokowi effect … misalnya 20%nya .. maka komposisi suara Jokowi, Prabowo dan yg belum diketahui menjadi Jokowi 44%, Prabowo 33%, belum diketahui 23%.

Jika golput pileg yg akhirnya mau aktif memilih di pilpres tsb 70% nya memilih Jokowi (krn jokowi effect..maka logis sebagian besar memilih Jokowi).. maka Jokowi sdh bisa mengantungi 49% suara. Nilai ini tentu saja belum aman…..…

Ayo para pejuang masing2 kubu rebutlah swing voters dan teruslah memberikan infomasi kehebatan masing2 capres … posisi masih bisa berubah dan kedua kubu masih punya kans untuk menang….selamat berjuang… namun berjuanglah dng elegan …
Berilah informasi dengan data dan fakta bukan fitnah… dan terbukalah dengan fakta positif dan negatif kedua belah pihak… sehingga kita menjadi pemilih yg cerdas dan menghasilkan pemimpin terbaik dari pilpres kali ini…. Semoga Indonesia hebat bisa segera terwujud dengan kontribusi kita…

Salam Indonesia Hebat !!!

Read Full Post »

Saya mencoba merenungi, mengapa pak SBY seolah memuja soeharto dan langsung menyebutnya sebagai putra terbaik bangsa, pahlawan bangsa.  Mengapa ? Apa maksudnya ?

Apakah kesalahan soeharto layak dilupakan ?  Mengapa SBY melihat hanya dari kebaikannya ? dan dengan mudahnya memaafkan kesalahannya ?

Kalau kita ingat konsep Rekening Bank Emosi dari S. Covey dalam buku larisnya “7 habits”……. maka kita tidak perlu heran dengan sikap SBY pada Soeharto.  Artinya Rekening Bank Emosi antara kedua tokoh ini sangat tinggi.

Rekening bank emosi adalah istilah yang dibuat oleh Covey (Penulis buku laris 7 habits), dalam menjelaskan hubungan antar manusia.  Bila Soeharto banyak berbuat baik pada SBY maka Soeharto mendepositokan emosinya (hubungan baik) pada  rekening emosi SBY, begitu juga mungkin sebaliknya.  Sebagai contoh, hal-hal yang menambah rekening bank emosi misalnya  : menolong, menunjukkan kasih sayang, membantu, menepati janji, dll yang membuat kita makin merasa percaya dan dekat.

Sebaliknya bila SBY membohongi, mengingkari janji, menyakiti…. maka SBY melakukan penarikan rekening emosi, begitu juga sebaliknya Soeharto pada SBY. Bila rekening emosi menipis…. yang terjadi tidak saling percaya, dan artinya hubungan merenggang.

Nah ciri kalau Rekening Bank Emosi tinggi, maka hubungan sangat baik.  Bila hubungan sangat baik…. maka coba bayangkan kalau kita punya sahabat atau kerabat yang dekat maka bila yang bersangkutan melakukan kesalahan kita akan segera memaklumi, akan mudah memaafkan, kesalahan pun kadang dipandang sebagai kebenaran.

Sebaliknya bila kita punya teman atau kerabat yang hubungannya tidak baik (rekening bank emosi tipis), maka andai kita mau berbuat baik pun akan dicugai, kebenaran pun bisa dipandang sebagai kesalahan.

Untuk menjadi manusia yang efektif salah satunya adalah kita membina hubungan dan memang harus meningkatkan rekening bank emosi bila kita ingin berhasil dalam bermasyarakat. Sebagai pemimpin, hubungan yang baik dengan banyak orang merupakan asset besar….. disini SBY berhak membina hubungan dengan siapapun sedekat mungkin termasuk dengan Soeharto

Tapi saat kita melihat suatu masalah, saat kita menilai seseorang…..yang harus lebih ditekankan adalah melihat dan mendengar secara EMPATI.  Sekali lagi EMPATI dan ini berbeda dengan SIMPATI !  Empati artinya kita melihat / mendengar dengan hati dan pikiran terbuka, berusaha seobyektif mungkin, tapi tidak terlibat secara emosi.  Ini yang membedakan simpati dan empati. 

Kalau kita mendengarkan keluhan teman kita yang mengadukan dia telah disakiti kekasihnya sambil menangis…. maka kalau kita empati , kita bisa mendengar melihat masalah secara lebih obyektif… dan tetap rekan kita merasa dihargai, kitapun bisa lebih fokus pada penyelesaian masalah…. mungkin saja ada yang harus diperbaiki oleh teman kita.

Sementara kalau simpati, bisa jadi teman kita tenang merasa dihargai…. bahkan mungkin kita terlibat dalam tangisan dan memaki-maki kekasihnya tersebut…. tetapi penyelesaian masalah sangat kecil pencapaiannya dan menjadi tidak efektif.

Nah, dari uraian saya di atas…. jangan heran lagi dengan  sikap SBY pada Soeharto tersebut.  Hal itu menandakan SBY punya hubungan sangat-sangat erat dengan mantan orang nomor 1 tersebut… karena Rekening Bank Emosinya sangat tinggi.  Artinya hubungannya sudah sangat-sangat dekat, sehingga semua kesalahan dianggap kecil dan layak dimaafkan sedangkan kebaikannya dipandang besar dan patut dihargai…..

Apakah seorang pemimpin pantas terlibat emosi yang sangat dalam sehingga tidak bisa melihat secara lebih obyektif ?  Ataukah seharusnya lebih empati (bukan simpati)… artinya kita melihat secara lebih proporsional pada tempatnya tanpa melibatkan emosi kita ?  Haruskah kita kubur kesalahan soeharto ? atau kita kita harus belajar dari kesalahan dan kebaikannya ?

Anda semua bisa menilai SBY dengan persepsi masing-masing……..

Read Full Post »

Saya sangat kagum dengan model proses pembelajaran yang dibuat oleh mantan atasan saya yaitu Dr. Paul Swecker (sejak kerusuhan 1998, ia kini kembali ke AS). Namun maaf saya masih gaptek untuk mencopy flow diagram nya. …ke text blog …oleh karena itu saya coba narasikan dalam tulisan dengan penjelasan yang sederhana, mudah-mudahan bisa dimengerti dan bermanfaat.

1.  Kita mulai dengan pengertian teori dalam model ini .  Definisi teori dalam model ini memang diartikan sebagai segala bentuk hipotesa, dugaan, asumsi dan keyakinan.  Teori bisa kita dapatkan dari buku, guru, teman atau orang tua, nenek moyang, atau juga pengalaman orang lain … bentuknya bisa keyakinan, kepercayaan, asumsi, hipotesis, dugaan, firasat, dll……

2.  Teori yang kita punya (contoh : iklan meningkatkan penjualan, kalau mendung akan hujan, orang bekerja lebih keras bila diberi insentif, tidur saat mahgrib bisa digondol wewe..dll)…. perlu diuji ! diuji dalam pengalaman kita … tanpa diuji maka teori itu akan sia-sia ….. artinya kita tidak belajar.

3.  Dari pengalaman kita (mencoba iklan, memperhatikan kalau mendung, dst..) kita coba lihat apakah teori kita benar ?  Kalau ternyata salah.. atau kurang akurat maka kita perlu memodifikasi teori …..kalau teori itu benar … berarti kita sudah mendapatkan knowledge (proses pembelajaran) karena kita sudah membandingkan teori dan pengalaman kita.

Tapi bisa saja yang terjadi sebaliknya… artinya teori tsb kurang tepat ….

dari pengalaman kita ternyata iklan tidak meningkatkan penjualan …….

4.  Langkah berikutnya… perlukah kita memodifikasi teori kita ? misalnya

oh ternyata ….iklan yang menggunakan artis yang meningkatkan penjualan ……

disini ada proses belajar … selanjutnya … kita lakukan lagi (membuat iklan) pelajari lagi … dan tanya lagi… apakah perlu modifikasi teori ?  berikut contoh modifikasi teori :

oh ternyata….. tidak semua iklan yang menggunakan artis dapat meningkatkan  penjualan ……

Pilihan kita selanjutnya … teori yang kita punya bisa kita modifikasi terus sesuai dengan pengalaman kita…. atau ke langkah ke 5

5.  Dari data yang ada … bisa saja kita berkesimpulan bahwa teori ini salah…tidak bisa hanya dimodifikasi ….. tetapi  kita perlu merubah paradigma kita ……contohnya misal :

Peningkatan penjualan tidak dapat hanya didorong oleh iklan semata .. tetapi harus menerapkan STP dan 4P yang tepat (istilah marketing….. saya tidak akan jelaskan disini).

6.  Yang berbahaya bila kita sudah melakukan sesuatu dari teori yang kita punya… tetapi kita tidak membandingkannya .. atau bahkan sudah tahu teorinya tidak akurat atau salah tetapi kita membiarkannya begitu saja… tidak memodifikasi dan juga tidak mengubah paradigma…. maka kita masuk dalam proses tidak belajar !

Oleh karena itu setiap hari kita harus selalu rajin mengamati, rajin melihat dan menganalisis asumsi, hipotesis atau teori kita dengan pengalaman kita ….. jangan biarkan pengalaman lewat begitu saja tanpa kita pernah mengevaluasinya agar terus bisa mengasah pengetahuan kita ….

Begitu juga misalnya dengan berita hangat kasus Soeharto…. tidak boleh langsung dikubur kesalahannya…. kita perlu evaluasi seluruh kejadian baik buruknya….. sebagai bahan pembelajaran kita dalam kehidupan berbangsa

Selamat belajar

Note : Flow diagram proses pembelajaran ini juga dibahas & bisa dilihat di buku baru terbitan Gramedia “Sustainable Growth” Andrias Harefa 

Read Full Post »

Banyak yang mengkritik SBY-JK, tetapi bila Mega yang melakukan…. SBY-JK selalu meresponnya.  Seperti yang menjadi Headline Kompas pagi ini Senin 4 Februari 2008.

Anda sudah tahu kan, beberapa hari yang lalu Mega mengatakan bahwa pemerintah saat ini seperti menari Poco-Poco …. maju satu langkah… mundur satu langkah …berputar-putar …. sesaat kemudian JK mengatakan lebih baik Poco-poco daripada dansa-dansi ….selanjutnya SBY menjawab pula dalam acara puncak Harlah ke 82 NU (berita kompas , 4 Feb ’08).

Mungkin SBY-JK belajar dari pengalaman masa lalu Mega, dimana selalu diam saat dikritik….??? bisa jadi. Tetapi hal ini juga bisa dipandang sebagai SBY-JK memang punya hubungan “sangat istimewa” …. sehingga harus bereaksi jika ada aksi …….

Seberapa baik hubungan istimewa ini ? anda juga pasti tahu ……Nah, kembali ke konsep rekening bank emosi (lihat tulisan saya …SKANDAL, Rekening Bank Emosi Soeharto & SBY) .. ini berlawanan dengan hubungan SBY & Soeharto.

Rekening Bank Emosi SBY terhadap Mega dan sebaliknya sangat kecil … karena masing-masing pernah melakukan penarikan seperti… mengingkari janji, menyakiti hati … dlsb… Dengan rekening Bank Emosi yang rendah … maka hubungan sangat rendah …. dan kebaikan apapun dari kedua belah pihak akan dipandang sebagi sesuatu yang negatif (dalam kejadian ini kemungkinan besar SBY dan Mega sama-sama merasa disudutkan).

Apakah hubungan presiden dengan mantan presiden di negara kita selalu seperti ini ? apakah mereka tidak bisa saling mengerti dan bersatu ? bukankah mereka seharusnya bahu-membahu membangun bangsa ini ?

Menurut Hasyim Muzadi yang saya kutip dari harian kompas senin 4 februari, … “jika para pemimpin atau mantan pemimpin saling mengerti, setengah masalah di Indonesia dapat diselesaikan” ….

Benarkah ?  rasanya masih panjang perjalanan bangsa ini menuju bangsa yang hebat dan makmur ………

Read Full Post »

Sore ini, saat saya menonton Metro TV…. isinya tak berhenti memuji Soeharto.  Bahkan ada wawancara khusus dengan ajudan Soeharto yang mengatakan “bagi saya bapak Soeharto adalah sosok yang tanpa cacat” ….kemudian juga dilanjutkan dengan komentar masyarakat dan mantan pejabat yang isinya mengambarkan sisi positif dari soeharto.

Apakah Metro TV tidak dapat lebih proporsional dalam pemberitaan serta menyikapi tokoh Soeharto ?  Tidakkah metro TV mempunyai tanggung jawab untuk mendidik bangsa ini dan mengajak masyarakat belajar dari sejarah bangsa ini  untuk masa depan yang lebih baik (termasuk melihat soeharto secara lebih proporsional) ?

Read Full Post »

Saya mencoba merenungi, mengapa pak SBY seolah memuja soeharto dan langsung menyebutnya sebagai putra terbaik bangsa, pahlawan bangsa.  Mengapa ? Apa maksudnya ?

Apakah kesalahan soeharto layak dilupakan ?  Mengapa SBY melihat hanya dari kebaikannya ? dan dengan mudahnya memaafkan kesalahannya ?

Kalau kita ingat konsep Rekening Bank Emosi dari S. Covey dalam buku larisnya “7 habits”……. maka kita tidak perlu heran dengan sikap SBY pada Soeharto.  Artinya Rekening Bank Emosi antara kedua tokoh ini sangat tinggi.

Rekening bank emosi adalah istilah yang dibuat oleh Covey (Penulis buku laris 7 habits), dalam menjelaskan hubungan antar manusia.  Bila Soeharto banyak berbuat baik pada SBY maka Soeharto mendepositokan emosinya (hubungan baik) pada  rekening emosi SBY, begitu juga mungkin sebaliknya.  Sebagai contoh, hal-hal yang menambah rekening bank emosi misalnya  : menolong, menunjukkan kasih sayang, membantu, menepati janji, dll yang membuat kita makin merasa percaya dan dekat.

Sebaliknya bila SBY membohongi, mengingkari janji, menyakiti…. maka SBY melakukan penarikan rekening emosi, begitu juga sebaliknya Soeharto pada SBY. Bila rekening emosi menipis…. yang terjadi tidak saling percaya, dan artinya hubungan merenggang.

Nah ciri kalau Rekening Bank Emosi tinggi, maka hubungan sangat baik.  Bila hubungan sangat baik…. maka coba bayangkan kalau kita punya sahabat atau kerabat yang dekat maka bila yang bersangkutan melakukan kesalahan kita akan segera memaklumi, akan mudah memaafkan, kesalahan pun kadang dipandang sebagai kebenaran.

Sebaliknya bila kita punya teman atau kerabat yang hubungannya tidak baik (rekening bank emosi tipis), maka andai kita mau berbuat baik pun akan dicugai, kebenaran pun bisa dipandang sebagai kesalahan.

Untuk menjadi manusia yang efektif salah satunya adalah kita membina hubungan dan memang harus meningkatkan rekening bank emosi bila kita ingin berhasil dalam bermasyarakat. Sebagai pemimpin, hubungan yang baik dengan banyak orang merupakan asset besar….. disini SBY berhak membina hubungan dengan siapapun sedekat mungkin termasuk dengan Soeharto

Tapi saat kita melihat suatu masalah, saat kita menilai seseorang…..yang harus lebih ditekankan adalah melihat dan mendengar secara EMPATI.  Sekali lagi EMPATI dan ini berbeda dengan SIMPATI !  Empati artinya kita melihat / mendengar dengan hati dan pikiran terbuka, berusaha seobyektif mungkin, tapi tidak terlibat secara emosi.  Ini yang membedakan simpati dan empati. 

Kalau kita mendengarkan keluhan teman kita yang mengadukan dia telah disakiti kekasihnya sambil menangis…. maka kalau kita empati , kita bisa mendengar melihat masalah secara lebih obyektif… dan tetap rekan kita merasa dihargai, kitapun bisa lebih fokus pada penyelesaian masalah…. mungkin saja ada yang harus diperbaiki oleh teman kita.

Sementara kalau simpati, bisa jadi teman kita tenang merasa dihargai…. bahkan mungkin kita terlibat dalam tangisan dan memaki-maki kekasihnya tersebut…. tetapi penyelesaian masalah sangat kecil pencapaiannya dan menjadi tidak efektif.

Nah, dari uraian saya di atas…. jangan heran lagi dengan  sikap SBY pada Soeharto tersebut.  Hal itu menandakan SBY punya hubungan sangat-sangat erat dengan mantan orang nomor 1 tersebut… karena Rekening Bank Emosinya sangat tinggi.  Artinya hubungannya sudah sangat-sangat dekat, sehingga semua kesalahan dianggap kecil dan layak dimaafkan sedangkan kebaikannya dipandang besar dan patut dihargai…..

Apakah seorang pemimpin pantas terlibat emosi yang sangat dalam sehingga tidak bisa melihat secara lebih obyektif ?  Ataukah seharusnya lebih empati (bukan simpati)… artinya kita melihat secara lebih proporsional pada tempatnya tanpa melibatkan emosi kita ?  Haruskah kita kubur kesalahan soeharto ? atau kita kita harus belajar dari kesalahan dan kebaikannya ?

Anda semua bisa menilai SBY dengan persepsi masing-masing……..

Read Full Post »

Maaf, mungkin sudah mulai bosan dengan pemberitaan soeharto….. tapi izinkan saya membagi pikiran dalam renungan saya ditengah berbagai pemberitaan tokoh sekaliber soeharto. Tulisan ini bukan untuk menyudutkan, menghitung dosanya  atau menghapus jasanya…. tapi adakah pembelajaran untuk kita tentang soeharto ? tentu banyak dan banyak sekali…. salah satunya mungkin hal ini….

Dalam kesuksesannya memimpin Indonesia, bagaimana keluarganya ? Mbak tutut, mas sigit, mas bambang, mbak titiek, tommy dan mamiek ? ditengah gelimang harta dan kedudukan yang mereka raih….. kehidupan keluarganya jauh-jauh dari ideal….

Apakah ini sebuah azab dari Tuhan ? atau hanya sebuah cobaan karena mereka manusia terpilih ? Sudah cukupkah penderitaan yang dialami keluarganya ? atau akan teruskah mereka menjadi bulan-bulanan media setelah ini ? kita tunggu kelanjutan drama panggung politik ala indonesia …..

yang penting kita bisa memetik pelajaran dari mereka … insya Allah

Read Full Post »

Soeharto sudah tiada…… banyak duka banyak kecewa banyak emosi terlibat dalam kejadian ini…..Dapat dipastikan banyak sekali tulisan, komentar, obrolan membahas dan menghitung dosa dan jasa pak harto…….

Tulisan ini mengajak kita sejenak berfikir dengan kerangka yang lebih arif (ini niat penulis, semoga demikian juga hasilnya)….. sebaiknya memang anda membaca tulisan saya terdahulu mengenai sikap mental ketiga systems thinking….

Sikap mental kedua dan ketiga dari systems thinking menyebutkan bahwa kita tidak bisa menyalahkan satu pihak bila suatu “kejadian buruk” terjadi.  Dalam kasus Soeharto, maka arifkah kita menyalahkan Soeharto sendiri atas krisis multi dimensi yang berkepanjangan di Indonesia ?

Betul Soeharto sebagai leader saat itu bertanggung jawab atas krisis yang terjadi hingga saat akhir dia memimpin. Soeharto seharusnya bisa menghindari krisis seburuk ini bila tidak melakukan kesalahan-kesalahannya …… apakah perlu dihukum ? biarlah orang hukum yang memikirkan dan memutuskannya.

Menghitung dosa dan jasa pak harto apakah tidak sopan ? apakah tidak tahu berterimakasih ? Disini harus lebih berhati-hati….. sebagai manusia yang terus ingin meningkatkan diri……,

(lebih…)

Read Full Post »