Feeds:
Pos
Komentar

Archive for Februari, 2008

“Kamu harus profesional dong…. urusan kerjaan ya kerjaan jangan campur adukkan dengan masalah keluarga !” kalimat ini sering kita dengar dan kesannya tepat.  Tapi coba kita pikirkan kembali …. berapa banyak orang yang tidak terpengaruh moodnya bila sedang ada masalah keluarga ?

Memimpin dengan hati ! disini perbedaannya.  Seorang pemimpin yang ingin membuat karyawannya mau bekerja all out, loyal perlu merebut hati karyawan.  Perhatian pada hal-hal kecil yang menyentuh hatinya, termasuk perhatian pada masalah keluarganya sangat berdampak besar pada produktivitas dan loyalitas.

Oleh karena itu jangan lagi menganggap masalah keluarga karyawan bukan masalah perusahaan….. jika diperlukan dan karyawan membutuhkan bantuan … bantulah dengan sepenuh hati ……dan bersiaplah anda mendapatkan return yang tidak terduga …..

Read Full Post »

Suatu malam saya mengunjungi sebuah gudang yang katanya angker karena banyak pegawai kesurupan disana.  karena saya tidak terlalu percaya dengan hal tsb,  sayapun memotretnya beberapa kali tanpa perasaan apa-apa.  Namun yang mengherankan hasil potret kamera digital saya menghasilkan gambar dengan banyak noda seperti jamur.  berikut gambarnya :

Saat saya memperlihatkan hasil foto jepretan saya kepada rekan saya, rekan saya mengatakan bahwa itu adalah wujud makhluk halus yang tertangkap kamera digital ! sayapun hanya tertawa…. ah mungkin hanya karena kotor atau pendaran cahaya saja … sayapun melupakan hal tsb !

Namun dalam waktu lain saat saya berlibut ke bali, saya memotret pohon yang katanya sangat keramat karena sangat cantik (kokoh & rimbun), hasilnya seperti di bawah ini :

dalam gambar muncul noktah yang sangat jelas …. saya jadi teringat bahwa ini adalah wujud makhluk halus yang disampaikan rekan saya ….. tapi saya masih mencoba menyangkal dengan yaahh mungkin pendaran cahaya karena di titik yang gelap juga.

Tapi saya makin ragu dengan bantahan saya sendiri saat melihat foto ketiga yang terang benderang dan ada juga noktah tsb tepat di lengan saya  …. wuuuuu sereeem…

Setelah pemotretan tsb, saya dicakar oleh monyet di sekitar Pura tsb …   Anehnya foto-foto yang lain ya tidak ada noktah tersebut ….. dan percaya atau tidak setelah fenomena ini…. saya selalu menjepret kamera dan memperhatikan hasilnya ….. dan selalu ada hubungan dengan daerah angker…. rumah ada penunggu dengan hasil foto yang bernoktah. 

Misalnya di suatu rumah, bukan semua gambar di rumah tsb ada noktah… tapi hanya tempat tertentu ….. jadi kalau karena kamera saya, rasanya bukan …..apakah itu benar-benar wujud makhluk halus ? saya tidak tahu…. mungkin ada blogger yang tahu fenomena ini ??

Read Full Post »

Kelas international di SMA Negeri mengikutkan anak-anak menempuh ujian O-level dan A-level.  Bila lulus dengan O-level (umumnya pertengahan kelas XI) maka siswa bisa  melanjutkan ke A level.  Sertifikat O-level sebenarnya sudah bisa dimanfaatkan untuk melanjutkan program ke S1 tetapi melalui jalur diploma sekitar 1,5-2 tahun, dan masih memungkinkan melanjutkan ke jenjang S1 sekitar 2-3 tahun lagi.

Yang mengherankan…. A level diluar negeri bisa ditempuh dalam waktu 8 bulan saja karena sudah fokus pada jurusan di universitas atau college yang dituju.  Sementara kalau di Indonesia, anak-anak harus menempuhnya sekitar 1,5-2 tahun… beban ini menjadi berat karena siswa selain 5 mata ajaran khusus kelas international (Bhs Inggris, matematik, fisika, kimia, biologi) juga masih harus menempuh mata ajaran nasional yang jumlahnya seabrek……

Kelas international di Indonesiapun dituntut untuk ikut juga ujian nasional …. sebuah beban berganda … !

Padahal sertifikat cambrige (0-level dan A-level) diakui oleh dunia…. sehingga siswa bisa dengan mudah melanjutkan ke jenjang diploma atau S1.  Tetapi jika siswa kelas international SMA negeri karena sesuatu hal ingin melanjutkan ke PTN, maka sertifikat cambrige tsb tidak berlaku, siswa dituntut untuk ikut Ujian nasional …..  Apakah mutu PTN lebih hebat dari sekolah-sekolah ternama di luar negeri ?

berikut komentar salah satu murid berprestasi di kelas international ….

reccarebellion // Februari 22, 2008 at 4:30 pm (edit)

a ya setuju. Keanehan lain d Indonesia, sertifikat yg diakui internasional tdk mau (belum lah) diakui. Seperti ujian dari Indonesia itu tdk setaraf dgn A-level saja.. Jangan2 mereka mengganggap ujian Indo lebih bermutu?
Kalau menurut saya lebih bagus tes dari cambridge karena soal-soalnya bkn hny teori semata seperti di Indonesia, namun mengajak berpikir untuk aplikasi.. =)

Sepertinya Pemerintah / Dikmenti masih bingung dan belum siap dengan program kelas international ini….. anak-anak dan tentu saja orangtuanya juga menjadi korban ketidaksiapan konsep kelas international ini …….

Read Full Post »

Saya punya banyak teman keturunan tionghoa, dan sering mendengar keluhan mengapa mereka dianggap bukan orang Indonesia, dipinggirkan, dianggap sebagai warga kelas dua bahkan dibenci …..

Padahal mereka sudah merasa benar-benar menjadi orang Indonesia, dan mereka semua orang baik, sering lebih baik dari WNI asli …… saat kerusuhan Mei 98, saya bahkan tidak tega karena salah satu teman keturunan tionghoa saya yang pintar, tekun dan baik sekali, ketakutan dan sangat frustasi akan kejadian tsb…

Kenapa kita selalu menganggap orang cina itu pelit, licik, dll yang negatif ?

Saya pernah membaca di Harian Kompas sekitar tahun 1999 atau 2000.. (saya lupa karena sudah lama) ….. disitu ada artikel yang merupakan opini/analisis penulisnya apa penyebab kita semua manjadi membenci cina ! walaupun sudah lama, tapi mungkin cukup penting untuk dishare khususnya yang belum membacanya.

Menurut artikel tsb, perbedaan antar suku itu biasa, tetapi kenapa pada cina perbedaan itu menjadi kebencian yang berbeda ?

Menurutnya kebencian ini mulai terpupuk dengan ditampilkannya pengusaha cina untuk dijadikan sapi perah pemerintah….. menurutnya, secara terencana (karena sang penguasa saat itu punya pengalaman berbisnis haram dengan cina) Ia memunculkan pengusaha cina yang kurang baik tetapi dijadikan mitranya … dan di lain pihak kebencian terhadap cina disebarkan ….

Tujuannya jelas membuat pengusaha cina ini menjadi sapi perah dan mereka akan terus terikat dengan sistem yang secara jenius dia bangun …. sama jeniusnya dengan menyebarkan budaya korup pada aparat terkait hingga para aparat pun terikat kontrak tak resmi dengannya.

Saya kira skenario ini … masuk akal juga ….. karena dibalik pengusaha brengsek cina, banyak pengusaha ideal yang sangat nasionalis keturunan cina.  Mereka diam (silent majority) tetapi terus bekerja dan berkarya bagi bangsa dan negara …..Kita pun termakan oleh kebencian yang tanpa kita sadari menjadi melekat menjadi paradigma kita ….

Bila bangsa ini mau maju, maka apapun yang menjadi asset, sumber daya…. harus kita manfaatkan seoptimal mungkin, terlepas dari percaya atau tidak pada skenario di atas.  WNI keturunan tionghoa adalah asset yang luar biasa karena mereka secara umum punya mental rata-rata yang lebih kuat dari WNI asli, mereka lebih tekun, lebih gigih …, dan juga banyak yang pintar luar biasa …..

Read Full Post »

Dalam suatu acara keluarga, kami membuat dresscode “punk” ….. , saya sekeluarga bingung juga cari aksesoris punk… dimana ya …? maklum kurang gaul….. cari sana sini …akhirnya dapet beberapa aksesoris di cihampelas bandung …..

Kejutan ! saya dapet predikat “best costume” …. hehehe… padahal anak saya bilang… ayah.., kok kayak preman pasar pocong … hahaha…..

ini dia foto preman pasar pocong !

punk ato preman pasar ?

ini gambar bersama anak dan istri saya ….

Yaah… sesekali ber-ekspresi secara berbeda … agak gila seeh ! tapi ternyata cukup merangsang kreativitas …… HIDUP PUNK !!!

Read Full Post »

Kontrol atau pengawasan adalah alat manajemen yang sudah kuno ! jangan membanggakan Pengawasan Melekat yang sering dijargonkan birokrat pemerintah, jangan lagi membanggakan bahwa perusahaan ini sudah melalui kontrol yang ketat …! Anda akan ditertawakan oleh manajemen baru yang jauh lebih efektif …..

Ini perubahan paradigma ! paradigma baru ini sebenarnya didasari juga oleh teori motivasi lama yaitu teori Y Mc Gregor ! Manusia pada dasarnya ingin bekerja dengan baik.  Artinya tanpa dikontrol secara naluri kebanyakan manusia dikebanyakan waktunya ingin berbuat baik.  Bila ybs tidak melakukan dengan baik… pasti ada suatu masalah… dan sebagai pemimpin kita wajib menyelesaikan masalah / menyingkirkan hambatan tsb

Perubahan paradigma ini semakin kuat seiring dengan gerakan Total Quality Management  yang mengajarkan bahwa hilangkan ketergantungan pada inspeksi…. tapi kerjakan dengan benar sejak awal ! Ya .. inspeksi atau kontrol adalah suatu pekerjaan yang terlambat… dan merupakan pemborosan ! Buatlah sistem agar bisa mengerjakan dengan benar sejak awal !

Dampak perubahan paradigma ini lebih jelas bila kita ilustrasikan dengan seorang salesman yang diminta mengisi form kunjungan ke customernya.  Dengan paradigma lama (kontrol)… maka pengisian form kita perlukan karena kita tidak percaya pada mereka, maka alat kontrolnya adalah form tsb !

Akibatnya ….. salesman merasa diawasi … dan ia akan bertendensi untuk mengisi form sesuai harapan … karena bila tidak sesuai harapan akan berakibat pada punishment.  Selanjutnya iapun akan menyembunyikan keburukan yang terjadi dan akan cenderung menekankan kebaikan-kebaikan.  Hasilnya …. form tsb tidak menggambarkan keadaan sebenarnya ….

Dengan paradigma baru, Form adalah alat feedback dari sistem yang kita bangun, bukan alat kontrol.  Feedback ini untuk masukan semua pihak dalam sistem tsb… bukan untuk menyalahkan/ menghukum atau seseorang ! salesman akan merasa aman untuk menyampaikan kondisi apa adanya …..karena tidak dikaitkan dengan punishement pada mereka, tapi masukan untuk perbaikan sistem.

Jadi dengan bentuk output yang sama (form Kunjungan Salesman) tapi menggunakan paradigma berbeda maka efektivitas hasil yang didapat akan jauh berbeda.

Satu hal lagi…, dengan kita mempercayai karyawan..mendelegasikan tugas kepada mereka …penelitian menunjukkan bahwa karyawan tsb akan merasa bangga dan lebih all out dalam bekerja ….. artinya justru produktivitasnya meningkat, beban tugas terbagi, biaya kontrol berkurang …..ujung-ujungnya  produktivitas keseluruhan dan daya saing meningkat.

Anda Percaya semua hal di atas ? 

Kalau anda memilih untuk lebih siap menghadapi tantangan milenium baru … maka anda harus belajar untuk percaya …..

Read Full Post »

Kemarin di3va yang dulu dikenal 3 Diva mengadakan konser untuk promo album baru mereka di balai sarbini dan disiarkan secara langsung oleh RCTI ! banyak sekali artis yang datang menonton dan juga bintang tamunya seperti Melly, Andra & the Backbone, RAN. Secara umum cukup menghibur.

Saya pribadi sangat mengagumi personil di3va tsb. Selain totalitas dalam profesinya, kualitas dan karakter mereka kuat sekali. Tapi menurut opini saya, konser mereka mengalami penurunan kualitas dibandingkan saat mereka bersinergi dengan Jay Subiyakto dan Erwin Gutawa. Inilah harga yang harus dibayar atas terpecahnya kolaborasi para jagoan di industri musik ….

Berikut beberapa contoh menurunnya kualitas menurut opini saya :
1. Saat mereka bernyanyikan lagu “ekspresi” dan turun ke bangku penonton … terlihat kekacauan dimana Titik memberikan mike kepada harvey, sementara ke 2 diva yang lain memberikan mike juga kepada yang lain… titiek sampai berteriak 2 kali… “harvey malaiholo” ….. tapi uthe dan KD terus sibuk juga dengan yang lain … sehingga terkesan kacau balau….tanpa persiapan …. spontan yang tidak enak dan tidak harmonis untuk didengar ….

2. Aransemen musik dan lagu secara keseluruhan juga terkesan kurang greget dan megah … pecahan suara, harmonisasi tidak lebih baik dari AB three rasanya. Maaf mas andi… saya sangat kagum dengan mas andi saat menangani Indonesian idol yang begitu cerdas, current (kata simon), asyik bangetlah…. tapi mengapa tadi malem kecerdasan dan kekinian mas andi seperti tertelan oleh bayang-bayang Erwin Gutawa …

3. Kostum … waduh…. jauh dari kesan Diva yang glamour …. bahkan celana panjang hitam Titiek DJ terlihat berlipat-lipat/kerut di bagian pahanya saat di close up … kedodoran ? atau cutting yang kurang pas dengan tubuh titiek yang kembali gemuk ?

4. Dialog atau perbincangan di antara ke 3 diva saat jeda antar lagu … juga terkesan tidak disiapkan secara matang….. spontan baik… tapi sebagai 3 diva harusnya perbincangannya bisa lebih berbobot….setiap kata mengandung makna dalam dan menghibur …. KD, Uthe dan Titiek malam itu seperti bingung berkata-kata mengenai cinta yang efektif ….

Beruntung ada hiburan dari RUN yang energik, dan juga bintang tamu lain serta banyaknya penonton kalangan artis dari titiek puspa, vina panduwinata, harvey, yuni shara, personil elfa singer, tika panggabean, presenter indi barenz & indra, erwin parengkuan, sampai mantan penyanyi cilik ira maya, dan banyak lagi lainnya ….

Sayang, sayang sekali kolaborasi yang luar biasa.. sebuah asset yang berharga dari panggung hiburan indonesia..kini sudah menjadi masa lalu saja….. saya tidak menyalahkan ke 3 diva yang cantik-cantik tsb, karena kelihatannya mereka dan manajemennya sudah berusaha maksimal untuk berunding dengan Erwin dan Jay … tapi akhirnya tidak ada kesepakatan yang diharapkan ……

Anak saya berkomentar wah .. kok jadi di3va ya ? … menurutnya Di3va  mengandung kata “die” di awal…. jangan-jangan karier mereka akan ….. ! Aduh…. semoga jangan ya ! ayo Titiek, Uthe dan KD buktikan bahwa keputusan kalian berpisah tetap akan mempertahankan kualitas …. lagu barunya lumayan enak di telinga kesan popnya kuat sekali ….

tapi untuk gelar konser perlu kerja keras lagi kelihatannya….. selamat berkarya …. saya tetap menantikan …karena termasuk pengagum anda bertiga ….

Read Full Post »

Beberapa waktu terakhir ini Polisi Wilayah Bogor melakukan sidak ke beberapa perusahaan swasta di daerah Bogor untuk memeriksa apakah perusahaan-perusahaan tersebut menggunakan software yang resmi berlisensi atau bajakan !  Ada beberapa dari perusahaan tersebut tertangkap basah dan kemudian barang bukti CPUnya dibawa ke kantor polisi, pegawainya di interogasi  .. bahkan ada yang ditahan ……

Oleh karena itu hati-hatilah yang masih pakai software bajakan…..!  karena perusahaan raksasa software dunia sudah mengincar Indonesia dan negara asia lainnya sejak 2 atau 3 tahun yang lalu…. beberapa perusahaan besar sudah mempersiapkan dengan mendaftarkan seluruh softwarenya sejak 2-3 thn lalu agar berlisensi resmi … tapi perusahaan kecil dan menengah …… ? banyak yang belum siap. 

Bahkan katanya mereka pun akan sidak/sweeping ke cafe-cafe atau tempat hang out untuk mengecek licensi software di laptop pengguna …. beruntung laptop saya sudah licence semua softwarenya … hehehe

Dari sudut hak cipta tentu ini sangat bagus… agar bangsa ini tidak dicap sebagai bangsa pembajak… yang tidak menghargai hak cipta.  Tapi coba anda bayangkan …. berapa besar pengguna software bajakan di indonesia dan negara-negara berkembang lainnya …..

Dengan sistem pasar yang menyerupai monopoli …… mereka menetapkan harga yang sangat tinggi bagi ukuran Indonesia…… apakah ini cukup fair ? Bagaimana kelanjutan bisnis software raksasa ini kedepan setelah menekan konsumen dan bahkan bekerja sama dengan aparat kepolisian ???

Apakah gerakannya akan membuat pengusaha kita tercekik karena biaya adminstrasi mereka serta merta melonjak, sementara mereka mereguk untung yang luar biasa  ?

Atau akan ada alternatif software baru yang lebih murah ?

Atau akan ada serangan balik dari konsumen yang juga luar biasa besarnya dalam menciptakan keseimbangan posisinya untuk menekan biaya ?

Terus terang saya sangat awam tentang IT ini… juga hukum ekonomi ……mungkin para pakar IT di Indonesia bisa membantu menyelesaikan masalah ini secara lebih arif ?

Kita tentu berharap penyelesaiannya bisa win-win … baik bagi konsumen maupun bagi perusahaan-perusahaan software tsb……

Read Full Post »

Benar-benar pusing jadi pengurus WOTK Kelas International, bayangkan aja :

1. Para orang tuanya sangat berpendidikan, berkedudukan tinggi, sehingga penuh tuntutan, sangat kritis dan juga penuh ambisi atas keberhasilan anak-anaknya…..  namun dilain pihak dalam kesibukannya sulit sekali dikumpulkan apalagi dikoordinasikan…. Karena kebanyakan mereka pimpinan di kantornya masing-masing, mereka maunya mengarahkan bukan diarahkan… wueleh..wueleh…..bayangkan bagaimana saya yang diberi tugas memimpin para orang tua tsb..gemes…asyik… seru …. dan tentu tambah pengalaman…dan wawasan…

2.  Anak-anaknya juga aktif, kritis (kadang sedikit liar).  Need of achievement mereka juga tinggi, karena mereka anak-anak berprestasi (ranking utama) di SMPnya dengan NEM yang tinggi (sekitar 27-29,67) !

3.  Guru dan manajemen sekolah tergagap-gagap dengan kritikan dan tekanan dari murid dan apalagi orang tuanya…..Alhamdulillah…. komunikasi dengan sekolah saat ini mulai membaik, sekolah mulai terlihat usahanya memperbaiki dan memenuhi tuntutan orang tua dan muridnya….walau ya…..masih sebatas usaha….hasilnya ? masih harus bersabar ….

4.  Program Dua sertifikat (Cambrige dan Nasional) sangat membebani anak-anak ….. Disini saya agak heran…. (mungkin ini juga Pe eRnya  Dikmenti), Sertifikat Cambrige adalah sertifikat yang diakui internasional, tetapi di Indonesia malah belum bisa diakui… hal ini memaksa Kelas International di Indonesia harus menyiapkan keduanya (ujian Cambrige dan ujian nasional yang silabusnya berbeda).

Saat ini kami tengah mempersiapkan anak-anak menempuh ujian IGCSE yang pertama…. perdebatan dari ketiga pihak (anak-orang tua-guru) tentang kesiapan, metoda pengayaan materi, try out dan berbagai persiapan lainnya … membuat pusing pengurus WOTK ….

yah….setelah berbagai usaha …. saya berdoa semoga semua berjalan lancar dan anak-anak mencapai prestasi yang diharapkan untuk bekal hidupnya di masa datang …..

Read Full Post »

Ini bukan Hiperbola ! kalimat ini benar adanya, kita harus hati-hati pada target numerik. Mengapa ? berikut penjelasan singkat mengenai hal ini :
1. Target Numerik Bukan Segalanya.

Tapi hanyalah bagian dari rencana yang kita buat. Oleh karena itu kita harus melihat  proses implementasi (melihat tahap-tahap kritis dari proses yang dibangun) selain targetnya (baik numerik ataupun bukan). Sekali lagi jangan mendewakan angka …. lihat seluruh point-point penting dalam implementasi rencana kita …. hasil akan datang sendiri bila kita merencanakan dengan baik.
2. Kalau kita bergantung pada angka yang dituju, maka akan terjadi 2 kemungkinan,  yaitu :
a. Bila angka yang dituju (target numerik) sudah terlampaui, maka kita akan santai atau mengerem sumber daya yang sebenarnya mungkin masih bisa terus ditingkatkan.
b. Bila angka yang dituju (target numerik) masih jauh …. kita akan panik ! bahkan mungkin kita akan sikut sana sikut sini menghalalkan segala cara untuk mencapainya. Yang terjadi mungkin bisa lebih buruk khususnya dalam jangka panjang.

3.  Perbedaan waktu saat asumsi, perencanaan dan implementasi

Angka target yang kita buat, disusun atas asumsi saat perencanaan (t1), asumsi yang dibuat sebagai bahan perencanaan adalah asumsi dari proses belajar terdahulu (to), saat implementasi waktu sudah berubah lagi menjadi t2, evaluasi saat t3.  Perubahan waktu merubah sistem dan lingkungan, bisa jadi asumsi kita saat itu tidak tepat baik karena perubahan lingkungan maupun perubahan pelaksanaan (sistem yang kita bangun) itu sendiri……

wah kompleks banget ya…..

Betul ….seorang pemimpin saat ini perlu memikirkan hal-hal seperti ini dibandingkan hal-hal operasional managerial….. disini bedanya pemimpin (unggul) masa kini dengan pemimpin masa lalu atau yang pemimpin kebanyakan.

Kembali ke target, jadi perlukah Target Numerik ? tentu tetap perlu untuk melengkapi rencana kita. Tapi ingat target hanya sebagian dari rencana ! bukan segalanya.  Dan target harus dibuat dengan perhitungan dan pertimbangan sumber daya yang ada … jangan asal bikin target !  Buatlah juga target non numerik atau kualitatif.

Seperti kata kakangmas @pule3(kementar di bawah), target numerik bermanfaat untuk evaluasi (saya kurang sreg dengan istilah kontrol ya mas) karena lebih terukur…. Tapi jangan mendewakan, jangan berlebihan seolah-olah target segalanya…… tekankan dan lihatlah prosesnya juga…. seluruh proses lebih banyak dari sekedar angka target.

Coba kita renungkan ? Bagaimana kita menyikapi target angka ? Seringkah kita berlebihan sehingga lebih mementingkan angka target daripada prosesnya ?

semoga bermanfaat sebagai renungan hari ini …

NB : Tulisan ini terinspirasi dari salah satu point dari “14 butir Deming ” buah karya Prof Dr Edward Deming (pakar TQM, ahli statistik)

Read Full Post »

Older Posts »