SBY, Menteri Lingkungan & Menteri Perumahan secara bersama-sama menghentikan pembukaan lahan baru bagi pengembang perumahan di seluruh P. Jawa. Keputusan ini dibuat untuk menghentikan peningkatan kerusakan lingkungan yang sudah sangat memprihatinkan.
Kalimat tersebut tentu saja hanya angan-angan dan harapan saya dan juga mungkin sebagian besar pencinta lingkungan. Mungkinkah terjadi ? Tentunya masih sangat memungkinkan bila Presiden punya ketegasan, punya semangat untuk melakukan keputusan terobosan (bukan cari aman dan popularitas) disamping tentu saja punya visi yang kuat tentang penyelamatan dan perbaikan lingkungan.
Anda tahu seberapa parah kerusakan pulau Jawa ?
– Pada akhir tahun 1980-an, tutupan hutan alam di Jawa hanya tinggal 0,97 juta hektar atau 7 persen dari luas total Pulau Jawa.
– Pulau Jawa sejak tahun 1995 telah mengalami defisit air sebanyak 32,3 miliar meter kubik setiap tahunnya.
– Sebagian besar DAS di Jawa kondisinya kritis akibat kerusakan lingkungan pada hulu dan hilir.
– saat ini di Jawa terdapat 141 DAS. Dari jumlah tersebut tercatat ada 116 DAS yang kritis. Bahkan 16 DAS masuk dalam aktegori kritis 1 alias sangat kritis
– Dan masih banyak lagi data kerusakan lingkungan….
Kalau kita berjalan dari jakarta ke bogor, terus terjadi pengembangan lahan untuk perumahan, tengok mulai dari cililitan sampai cibubur, cileungsi, sekarang cikeas juga, cibinong, hingga sentul dan terus hingga mega mendung, cisarua, cipanas dan cianjur…
Kalau kita berjalan ke arah cikampek… juga demikian, mulai dari pondok gede perumahan sambung-menyambung sampai bekasi, cibitung, cikarang, kerawang… kalau diteruskan… nggak ada lagi lahan hijau.
Andaikata saya menjadi SBY :
- Saya akan panggil menteri perumahan, menteri lingkungan untuk tidak lagi memberikan izin bagi pengembang membuka lahan perumahan kecil-kecil tradisonal, untuk menyelamatkan P Jawa.
- Untuk perumahan kecil harus dibangun vertikal. Bangunan vertikal, hemat lahan hijau. Bila membangun perumahan biasa (non vertikal), harus dengan proporsi minimal 30 % bangunan dan 70% lahan hijau, buatlah harga yang mahal…. Hingga hanya orang kaya yang mampu beli rumah non vertikal dan ia diberi beban untuk menyelamatkan lingkungan……
Perumahan vertikal selain menghemat lahan, juga menghemat sarana transportasi dan perhubungan, rumah tidak dibangun di daerah terpencil jauh seperti sekarang ini yang merusak daerah aliran sungai, atau daerah serapan air lainnya. Rumah sederhana selain lokasi terpencil, sarana jalan minim… menimbulkan kekumuhan. Akibatnya sulit dan mahalnya biaya distribusi dan transpotasi….menjadi beban ekonomi baru….
Ingin rasanya menikmati P Jawa dengan hutan alami dan kebun yang hijau… kekumuhan hilang, jalan-jalan halus dan rapih…. dengan kerindangan dikiri kanan……
hmm….. anda setuju ? atau siapa bisa menyempurnakan mimpi ini……..
Pak SBY jangan lagi sibuk dengan jargon-jargon, jangan lagi sibuk dengan pencitraan … ayo buat langkah nyata dengan keputusan tegas…. inovatif…..