Saya mencoba merenungi, mengapa pak SBY seolah memuja soeharto dan langsung menyebutnya sebagai putra terbaik bangsa, pahlawan bangsa. Mengapa ? Apa maksudnya ?
Apakah kesalahan soeharto layak dilupakan ? Mengapa SBY melihat hanya dari kebaikannya ? dan dengan mudahnya memaafkan kesalahannya ?
Kalau kita ingat konsep Rekening Bank Emosi dari S. Covey dalam buku larisnya “7 habits”……. maka kita tidak perlu heran dengan sikap SBY pada Soeharto. Artinya Rekening Bank Emosi antara kedua tokoh ini sangat tinggi.
Rekening bank emosi adalah istilah yang dibuat oleh Covey (Penulis buku laris 7 habits), dalam menjelaskan hubungan antar manusia. Bila Soeharto banyak berbuat baik pada SBY maka Soeharto mendepositokan emosinya (hubungan baik) pada rekening emosi SBY, begitu juga mungkin sebaliknya. Sebagai contoh, hal-hal yang menambah rekening bank emosi misalnya : menolong, menunjukkan kasih sayang, membantu, menepati janji, dll yang membuat kita makin merasa percaya dan dekat.
Sebaliknya bila SBY membohongi, mengingkari janji, menyakiti…. maka SBY melakukan penarikan rekening emosi, begitu juga sebaliknya Soeharto pada SBY. Bila rekening emosi menipis…. yang terjadi tidak saling percaya, dan artinya hubungan merenggang.
Nah ciri kalau Rekening Bank Emosi tinggi, maka hubungan sangat baik. Bila hubungan sangat baik…. maka coba bayangkan kalau kita punya sahabat atau kerabat yang dekat maka bila yang bersangkutan melakukan kesalahan kita akan segera memaklumi, akan mudah memaafkan, kesalahan pun kadang dipandang sebagai kebenaran.
Sebaliknya bila kita punya teman atau kerabat yang hubungannya tidak baik (rekening bank emosi tipis), maka andai kita mau berbuat baik pun akan dicugai, kebenaran pun bisa dipandang sebagai kesalahan.
Untuk menjadi manusia yang efektif salah satunya adalah kita membina hubungan dan memang harus meningkatkan rekening bank emosi bila kita ingin berhasil dalam bermasyarakat. Sebagai pemimpin, hubungan yang baik dengan banyak orang merupakan asset besar….. disini SBY berhak membina hubungan dengan siapapun sedekat mungkin termasuk dengan Soeharto
Tapi saat kita melihat suatu masalah, saat kita menilai seseorang…..yang harus lebih ditekankan adalah melihat dan mendengar secara EMPATI. Sekali lagi EMPATI dan ini berbeda dengan SIMPATI ! Empati artinya kita melihat / mendengar dengan hati dan pikiran terbuka, berusaha seobyektif mungkin, tapi tidak terlibat secara emosi. Ini yang membedakan simpati dan empati.
Kalau kita mendengarkan keluhan teman kita yang mengadukan dia telah disakiti kekasihnya sambil menangis…. maka kalau kita empati , kita bisa mendengar melihat masalah secara lebih obyektif… dan tetap rekan kita merasa dihargai, kitapun bisa lebih fokus pada penyelesaian masalah…. mungkin saja ada yang harus diperbaiki oleh teman kita.
Sementara kalau simpati, bisa jadi teman kita tenang merasa dihargai…. bahkan mungkin kita terlibat dalam tangisan dan memaki-maki kekasihnya tersebut…. tetapi penyelesaian masalah sangat kecil pencapaiannya dan menjadi tidak efektif.
Nah, dari uraian saya di atas…. jangan heran lagi dengan sikap SBY pada Soeharto tersebut. Hal itu menandakan SBY punya hubungan sangat-sangat erat dengan mantan orang nomor 1 tersebut… karena Rekening Bank Emosinya sangat tinggi. Artinya hubungannya sudah sangat-sangat dekat, sehingga semua kesalahan dianggap kecil dan layak dimaafkan sedangkan kebaikannya dipandang besar dan patut dihargai…..
Apakah seorang pemimpin pantas terlibat emosi yang sangat dalam sehingga tidak bisa melihat secara lebih obyektif ? Ataukah seharusnya lebih empati (bukan simpati)… artinya kita melihat secara lebih proporsional pada tempatnya tanpa melibatkan emosi kita ? Haruskah kita kubur kesalahan soeharto ? atau kita kita harus belajar dari kesalahan dan kebaikannya ?
Anda semua bisa menilai SBY dengan persepsi masing-masing……..
Read Full Post »