Pernahkah anda tahu bagaimana Microsoft bertanya pada pelamar saat wawancara ? berikut contoh pertanyaan yang diberikan :
1. Berapa jumlah station bahan bakar di Amerika Serikat ?
2. Mengapa tutup lubang got bundar ?
Amazon. com juga melakukan hal yang mirip, pertanyaan yang diberikan pada kandidat karyawannya antara lain :
1. Berapa jumlah jendela yang terdapat di kota San Fransisco ?
2. Berapa banyak pohon yang ada di Central Park New York City ?
Baik Microsoft maupun Amazon.com tidak tertarik pada kebenaran jawaban. Yang mereka lihat adalah proses berfikir para kandidat. Ini hanyalah contoh bagaimana perusahaan-perusahaan inovatif tsb mengutamakan kecerdasan dalam perekrutan karyawan. Ini bukan berarti semua perusahaan harus mengikuti microsoft dan amazon.com, tergantung penekanannya seleksi kandidat dimana.
Namun artikel saya ini tidak akan membahas masalah rekrutment, tetapi akan lebih membahas (lebih tepatnya mengkritik) kurikulum pendidikan kita dalam upaya mencerdaskan anak didik.
Seperti dijelaskan di atas, kecerdasan dapat diukur dari proses berfikir dari masalah yang dihadapi. Proses berfikir ini juga yang diajarkan/ditekankan pada kurikulum international cambrige. Saat test, anak-anak tidak hanya diperhatikan jawaban akhir…. tapi proses berfikir (jalannya menuju jawaban akhir) sangat diperhatikan dan diberi nilai yang terkadang lebih besar dari jawaban akhirnya.
Kurikulum cambrige memang jauh berbeda dengan kurikulum nasional. Bukan saja berbeda dalam pengujian/test seperti saya uraikan di atas, tapi juga dalam sylabus yang lebih menekankan pemahaman ilmu untuk kehidupan kita dan penekanan pada proses analisa berfikir.
Sedangkan kurikulum nasional lebih bersifat hafalan dan pengenalan rumus. tapi bagaimana rumus tsb dibuat, untuk apa rumus ini bermanfaat dalam ilmu pengetahuan … hanya dibahas sedikit. Belum lagi tipe ujian nasional yang multiple choice, sehingga tidak terlihat kemampuan berfikir analisis anak-anak, karena hanya dilihat akhirnya.
Celakanya….. anak sekolah international saat ini mendapatkan beban berganda dengan kurikulum nasional dan internationalnya…. karena perguruan tinggi di Indonesia tidak mau mengakui sertifikat cambrige …..(kok bisa ya ??)
Untuk anda yang ingin mendaftarkan anaknya ke sekolah international… bersiaplah selain biaya yang tidak murah… anak anda juga akan mendapatkan beban yang sangat sangat berat ….. tidak sedikit murid yang menyerah ditengah jalan …. dan memilih sekolah di luar negeri atau melepas kurikulum internationalnya dan berfokus pada UN.