Setelah akhirnya ikut test ITB juga dan hasilnya diterima, anak saya melepaskan kursinya di ITB dan memilih FKUI. Namun, tawaran bea siswa dari Jepang yang sangat menggiurkan, menjadi sebuah kebimbangan/persoalan baru.
Saat ini Ia telah resmi menjadi mahasiswa kedokteran UI karena Ia baru saja registrasi dan sudah mendapatkan kartu mahasiswa dan jacket kuning kebanggaan. Namun, Ia pun saat ini telah lolos 2 tahap seleksi untuk penerima bea siswa ke Jepang dengan pilihan jurusan tehnik atau science. Kami hanya tinggal menunggu wawancara akhir.
Bea siswa Jepang ini dari sisi ekonomi sangat mengiurkan, karena selain biaya kuliah dan buku yang ditanggung, penginapan disediakan, juga mendapatkan uang saku yang lumayan besar. Pendek kata saya bisa bebas merdeka mengenai biaya, bahkan dari pengalaman kakak kelas di Jepang, sangat memungkinkan baginya untuk menabung hingga sekitar 5 juta rupiah per bulan.
Selain alasan ekonomi, tentu saja pengalaman hidup di negara maju, bahasa, exposure internasional, kemandirian adalah suatu nilai lebih jika memilih bea siswa ini. Dalam soal waktu kuliah, di Jepang juga akan memakan waktu 5,5 tahun (sama dengan FK-UI), karena 1,5 tahun pertama diisi dengan belajar bahasa jepang dahulu.
Kelebihan FKUI tentu saja masalah pekerjaan setelah lulus. Ia tidak harus meniti karier, sebagai profesional ia langsung bisa praktek dan bahkan menciptakan lapangan kerja bagi asistennya, perawatnya, dll. Dengan sikap anak saya yang cenderung introvert (lihat karakter anak saya dalam postingan terdahulu), menjadi dokter bukanlah halangan. Sepanjang ia pintar dan trampil dalam bidangnya, maka ia akan dicari pelanggannya.
Namun bila ia masuk ke tehnik atau science, ia tentunya harus meniti karier di sebuah perusahaan, walaupun mungkin saja bisa berwirausaha, namun hal tsb bukanlah hal yang mudah. Belum lagi, kemandiriannya dan kemampuan sosialnya yang masih perlu diasah….. membuat kami khawatir apakah ia mampu mengatasi masalahnya sendiri di negeri orang ? apakah ia mampu mengatasi rasa rindunya pada tanah air dan keluarganya ? dan yang terpenting, apakah nantinya ia bisa meniti karier dengan sukses ?
Pertimbangan lain, kelihatannya saat ini ia enjoy dengan FKUInya …….apakah bijak bila saya mendorong untuknya untuk pergi Ke Jepang dan melepas FKUI nya ??? Bagaimana menurut rekan blogger ???
Ada Tiga Hal Pren …
1. Waw …
Tidak banyak anak yang mendapatkan kesempatan emas dan mempunyai banyak pilihan seperti si Mas …
So bersyukurlah ,…
2. ITB
benerkan feeling gua … Si Mas diterima juga di ITB
itu anak memang jenius …
3. Pilihan
Ane pikir …
Tinggal ente tanya aja si Mas …
Dia mantep yang mana …
Dan juga tanya sama Bunda (dan Ayahnya tentu) si Mas … Doi rela nggak jauhan sama si Mas … hehehe
Jepang jauh lho … 🙂
BTW …
Ane boleh nanya nggak pren … Institusi atau lembaga yang memberikan bea siswa itu dari mana ya ? Dari pemerintah Jepang atau bagaimana ?
Thanks Before
once again … Selamat untuk si Mas
Salam saya
Alhamdulillah, memang kami beryukur sekali om NH.
Yang memberi beasiswa adalah Mitsui Bussan Scholarship program, bisa di cek di google. Sangat bonafide dan telah bertahun-tahun memberi beasiswa bagi pelajar Indonesia di Jepang.
Salam
FKUI aj om.
sy jg ambil FKUI tp sy lewat ppkb (pmdk)
kemaren sy jg mw nyoba beasiswa ke Jepang (mangunkusubho) kedokteran, tp pertimbangan saya kalau kembali ke Indonesia harus ad penyesuaian keahlian. karna case di sana bd dgn disini.
terus sy sependapat dgn opini om di tulisan tentang FKUI.
FKUI emang udh top markotop. Jgn ragu!
selamat y om, anaknya diterima di FKUI!
salam kenal, sarjono.
sangat senang membaca blog tulisan bapak, dan turut bergembira atas prestasi anak bapak.
kl menurut saya, lebih diserahkan kepada anaknya, inginnya mau apa. kalau sudah yakin mau jadi dokter, jelas FKUI. tapi kl mau menjadi insinyur, ke jepang tentu lebih baik. walau belum tentu nantinya tidak kecewa, misanya.
saya sendiri telah belasan tahun hidup di jepang, menyelesaikan s1, s2, s3 dan posdoc di bidang teknik optoelektronics. saya cukup menikmati masa2 studi dan kerja saya di jepang, karena memang sejak kecil saya bercita2 menjadi insinyur.
ada jg kawan saya yg skr kerja di jepang, tadinya menyelesaikan s1 FKUI, kemudian mendapagtkan beasiswa Takeda Seiyaku untuk mengambil spesialisasi di sana. skr dia jadi staf peneliti di jepang.
sehingga, ada baiknya anak bapak tetep menyelesaikan dulu FKUI-nya kl memang bercita2 menjadi seorang dokter. berikutnya kan bisa ambil spesialisasi di LN.
wassalam,
sarjono@bppt
Dear Pa Iman,
saya dulu pernah menghadapi dilemma yang mirip namun waktu itu antara ITB dengan UPH, dan saya memutuskan untuk masuk UPH.. karena memang saya sendiri menyukai hal itu…dan ada beasiswa juga di sana..
namun, demikian, terkadang sempat berpikir juga, apa jadinya saya ya kalo di ITB 😀
Mungkin saya gag masuk ke NFI kaya sekarang 🙂
Jadi, menurut saya, tetap berdoa dan kasih pilihan ke anaknya aja, karena dia yang ngejalanin, dan semua pasti terjadi karena alasan itu yang terbaik..
Hidup itu Pilihan, dan Konsekuensi buat Kita untuk tetap ngejalanin yang terbaikkk 🙂
Hehehehe…
Kalo sayaaa, saya akan masukkk ke Jepanggg… karena lebih terbukaa.. dan pengalaman hidupnya yang gag akan tergantikan.. yah, ibaratnya menimba hidup di negeri orang, pasti gag ada ruginya hoho, untung malahan 😀
Thanks a lot!
Fendy
Subhanallah!
Apa pun pilihannya, semoga sukses, amin!
Minta rahasianya, pak… gimana cara mendidik, nutrisi, atau apalah bisa punya anak seperti itu (terlepas dari faktor genetis, ya….) he.he….
salam
Pak Fendy,
saya mau tanya tentang beasiswa UPH, kalau berkenan boleh minta emailnya Pak.. terima kasih
email saya eby_uli@yahoo.com
Saya mahasiswa teknik elektro smster 3 di sebuah universitas negeri di indonesia
Pak, tentu Anda bangga punya anak yg pintar seperti itu kn? Saya akui anak Bpk memg pintar, tapi juga sebaiknya harus plus cerdas
Knapa?
Karna, biarin anak Bpk.sndiri yg menentukan passionnya, menentukan passion itu bisa dua hari, tiga hari, atau bahkan setahun, jd butuh waktu yg relatif tidak singkat pak dan jgn asal coba karna ini menyangkut masa dpn anak Bapak sampai kurg lbh 60 tahun mendatang
Gimana cara menemukan passion asli? Coba tanyakan pada anak Bapak, pelajaran apa dan bab apa yg membuat dia lupa waktu ketika mengerjakan soal/mwmpelajarinya? Misal dia suka bgt mempelajri.dan memahami fisika bab listrik dan medan magnet, maka teknik elektro bisa dijadikan saran
Tapi kalo dia suka fisika bab termodinamika dan kinematika dinamika, maka teknik mesin bisa dijadian saran
Nah kalo anak Bpk lbh Suka fisika bab magnet dan listrik serta matematika dibanding biologi, jelas anak Bpk passionnya di teknik, begitupun kalo misalkan sebaliknya yg trjadi
Karna dari passion inilah anak Bpk nantinya akan bekembng mnjadi anak yg super di bbrp thn mendatang sesuai passionnya
Saya sudah membaca artikel Bpk sebelumnya jadi saya smpet greget ingin berkomentar
Maaf kalo ada kata2 yg menyinggung, saya ingin anak2 pintar.seperti anak Bpk menjadi anak cerdas yg tumbuh sesuai dgn minat (passion) nya dan turut membangun Indonesia yg sudah bobrok disesaki org2 pintar tapi hanya peduli dengan uang
Hidup mahasiswa
terimakasih inputannya mas taufik.
Anak saya sekarang sdh masuk semester 7 di FKUI
salam – iman progoharbowo