Saya agak heran dan bingung mengapa Pemerintah tidak mengerti apa yang dijelaskan Pak Kwik Kian Gie mengenai perhitungan subsidi BBM, juga mengapa Pak Kwik seolah tidak mengerti apa yang terjadi di pemerintahan ? apakah memang sesederhana yang diuraikan pak Kwik ? atau dengan kata lain Pemerintah demikian bodohnya …. atau ……
Pak kwik menjelaskan bahwa seharusnya kita kelebihan uang dengan kenaikan harga minyak mentah dunia, karena kita sebagai produsen. Jadi harusnya kita menikmati keuntungan seperti negara produsen minyak lainnya di dunia….. Tapi apa yang terjadi ??? Indonesia justru makin menderita dengan kenaikan ini…. apa yang sebenarnya terjadi ???
Coba simak penjelasan pak Kwik mengenai BBM :
Subsidi BBM Bukan Pengeluaran Uang. Uangnya Dilarikan Kemana?
Jumat, 11 April 08
Dengan melonjaknya harga minyak mentah di pasaran dunia sampai di atas US$ 100 per barrel, DPR dan Pemerintah menyepakati mengubah pos subsidi BBM dengan jumlah Rp. 153 trilyun. Artinya Pemerintah sudah mendapat persetujuan DPR mengeluarkan uang tunai sebesar Rp. 153 trilyun tersebut untuk dipakai sebagai subsidi dari kerugian Pertamina qq. Pemerintah. Jadi akan ada uang yang dikeluarkan?
Saya sudah sangat bosan mengemukakan pendapat saya bahwa kata “subsidi BBM” itu tidak sama dengan adanya uang tunai yang dikeluarkan. Maka kalau DPR memperbolehkan Pemerintah mengeluarkan uang sampai jumlah yang begitu besarnya, uangnya dilarikan ke mana?
Dengan asumsi-asumsi untuk mendapat pengertian yang jelas, atas dasar asumsi-asumsi, pengertian subsidi adalah sebagai berikut.
Harga minyak mentah US$ 100 per barrel.
Karena 1 barrel = 159 liter, maka harga minyak mentah per liter US$ 100 : 159 = US$ 0,63. Kalau kita ambil US$ 1 = Rp. 10.000, harga minyak mentah menjadi Rp. 6.300 per liter.
Untuk memproses minyak mentah sampai menjadi bensin premium kita anggap dibutuhkan biaya sebesar US$ 10 per barrel atau Rp. 630 per liter. Kalau ini ditambahkan, harga pokok bensin premium per liternya sama dengan Rp. 6.300 + Rp. 630 = Rp. 6.930. Dijualnya dengan harga Rp. 4.500. Maka rugi Rp. 2.430 per liternya. Jadi perlu subsidi.
Alur pikir ini benar. Yang tidak benar ialah bahwa minyak mentah yang ada di bawah perut bumi Indonesia yang miliknya bangsa Indonesia dianggap harus dibeli dengan harga di pasaran dunia yang US$ 100 per barrel. Padahal tidak. Buat minyak mentah yang ada di dalam perut bumi Indonesia, Pemerintah dan Pertamina kan tidak perlu membelinya? Memang ada yang menjadi milik perusahaan minyak asing dalam rangka kontrak bagi hasil. Tetapi buat yang menjadi hak bangsa Indonesia, minyak mentah itu tidak perlu dibayar. Tidak perlu ada uang tunai yang harus dikeluarkan. Sebaliknya, Pemerintah kelebihan uang tunai.
Memang konsumsi lebih besar dari produksi sehingga kekurangannya harus diimpor dengan harga di pasar internasional yang mahal, yang dalam tulisan ini dianggap saja US$ 100 per barrel.
Data yang selengkapnya dan sebenarnya sangat sulit atau bahkan tidak mungkin diperoleh. Maka sekedar untuk mempertanyakan apakah memang ada uang yang harus dikeluarkan untuk subsidi atau tidak, saya membuat perhitungan seperti Tabel terlampir.
Nah kalau perhitungan ini benar, ke mana kelebihan yang Rp. 35 trilyun ini, dan ke mana uang yang masih akan dikeluarkan untuk apa yang dinamakan subsidi sebesar Rp. 153 trilyun itu?
Seperti terlihat dalam Tabel perhitungan, uangnya yang keluar tidak ada. Sebaliknya, yang ada kelebihan uang sebesar Rp. 35,31 trilyun.
PERHITUNGAN ARUS KELUAR MASUKNYA UANG TUNAI
TENTANG BBM (Harga minyak mentah 100 doll. AS)
DATA DAN ASUMSI
Produksi : 1 juta barrel per hari
70 % dari produksi menjadi BBM hak bangsa Indonesia
Konsumsi 60 juta kiloliter per tahun
Biaya lifting, pengilangan dan pengangkutan US $ 10 per barrel
1 US $ = Rp. 10.000
Harga Minyak Mentah di pasar internasional Rp. US $ 100 per barrel
1 barrel = 159 liter
Dasar perhitungan : Bensin Premium dengan harga jual Rp. 4.500 per liter
PERHITUNGAN
Produksi dalam liter per tahun : 70 % x (1,000.000 x 159 ) x 365 = 40,624,500,000
Konsumsi dalam liter per tahun 60,000,000,000
Kekurangan yang harus diimpor dalam liter per tahun 19,375,500,000
Rupiah yang harus dikeluarkan untuk impor ini
(19,375,500, 000 : 159) x 100 x 10.000 121,900,000, 000,000
Kelebihan uang dalam rupiah dari produksi dalam negeri
40,624,500,000 x Rp. 3.870 157,216,815, 000,000
Walaupun harus impor dengan harga US$ 100 per barrel
Pemerintah masih kelebihan uang tunai sebesar 35,316,815,000, 000
Perhitungan kelebihan penerimaan uang untuk setiap
liter bensin premium yang dijual,
Harga Bensin Premium per liter (dalam rupiah) 4,500
Biaya lifting, pengilangan dan transportasi
US $ 10 per barrel atau per liter :
(10 x 10.000) : 159 = Rp. 630 (dibulatkan) 630
Kelebihan uang per liter 3,870
Oleh Kwik Kian Gie
Aku harus baca dua tiga kali ini …
perlu mengerutkan kening berkali-kali …
rada berat ini …
(belum berani komentar …
masih mencoba mencerna lebih jauh )
ah pak trainer ini suka merendah….
atau terlalu berhati-hati ..hehehe
bebaslah pak….ini bisa multi intepretasi hahaha
Salam – progo
Yang “pinter” tuh Pertamina, mereka mampu ngakali Pemerintah apalagi rakyat. Sampai saat ini belum ada laporan secara resmi yang bisa diakses oleh publik mengenai itung-itungan harga pokok sebagaimana yang dihitung oleh pak kwik. Kalo kita bandingkan dengan PLN, laporan keuangannya kita bisa baca dan ruginya dimana? tapi yang satu ini…hmmm. Sampe2 akuntansi perminyakan pun untuk pertamina IAInya masih bingung. Salut untuk pertamina pake dukun apa sih shingga susah di dapat data yang akurat dari pertamina, Lah pak kwik aja yang dulunya mantan menko ekuin yang seharusnya punya akses ke sana gak bisa dapat datanya. Jadi kesimpulannya yah …yang pinter ngakali yah orang pertamina… Oh ia aku cuman denger2 katanya sih emang ada setoran khusus buat petinggi kita dari pertamina.
Tapi bagi saya apapun itu yang akan diambil langkah para petinggi kita yah trima aja deh, dari pada tambah g karuan lagi dengan berbagai macam komentar n demo yang bikin tambah ancur negara ini. Kali juga pemerintah dah tau tapi kan banyak kepentingan di atas sana tuh. sehingga jalan terbaik yah itu kali. Dan pemimpin manapun di republik ini tak kan mampu memangkas para mafia negeri ini, hanya saja mereka cuman bisa toleran aja. Makanya kita rakyat cuman bisa terima aja apapun kebijakan pemerintah.
Wah wah mas…. jangan terlalu pasrah dong….
tapi saya setuju jangan bikin tambah ancur negara ini, hanya … kalau ada yang salah .. perlu diluruskan…. apapun upaya kita … bisa dimulai dari hal kecil. Kalau niatnya baik, insya allah diridhoi oleh YME.
Kita semua masih mencintai negeri ini kan…..
salam – progo
dah dari dulu pak kwik bersuara seperti itu ttg subsidi bbm. pak kwik malah pernah mengatakan kalo dulu sewaktu masih menjadi menteri beliau tidak mendapatkan akses data2 bbm tersebut. yah, saya juga tidak mengerti….
(^_^)v
Semoga saja…. suatu saat nanti menjadi lebih jelas … sehingga akhirnya bisa menjadi lebih baik bagi negeri ini.
salam, progo
Yang bakalan untung besar dari naiknya harga BBM, insyaflah, bertobatlah. Harta tidak dibawa mati. Jangan sampai keuntungan pribadi membuat orang susah. Komentar saya gitu aja deh, Pak Progo.
Setuju pak hery
Salam, progo
diriku podo kaya om nh..
haru baca berkali2…
kalo perhitungan pak kwik itu benar, berarti seharusnya bbm jangan naik ya om??
Ya …gitu deh mas ……
BTW postingan ini, berarti mudah dibaca oleh yang nilai matematiknya “lumayan bagus” hahaha
Salam, progo
[…] ternyata Pak Kwik ini memang sudah vokal dari dulu. Tak hanya sekarang-sekarang saja yang menyoal subsidi BBM. Aku sendiri cenderung setuju dengan pendapat Pak Kwik di atas. Dulu salah seorang guruku juga […]
saya rasa pak kwik bukan orang bodoh…
tapi semustinya pemerintah juga tidak bodoh, kan orang pilihan…
rakyat bodoh ga yah milih pemerintahnya…???
Salam
jadi yang dibodohi itu sebenarnya sopo ya, saya jadi bingung kalau perhitungannya begitu berarti intinya bbm ga perlu naik kan, trus trus…. arrrgghhh…..pusing 😀
ya memang begitu lah perhitungannya, mestinya masih untung negara ini….
Emang biaya produksi minyak itu murah Rp 650. Kalo kita jual Rp4500 ya selisihnya itu sebagai penerimaan negara dari sektor migas. Yg jadi masalah kita juga ekspor minyak mentah en impor minyak yg udah jadi. Jadi rumitlah. Di kementerian ESDM en Pertamina mungkin harus lebih terbuka atau diaudit so rakyat tahu. Mahasiswa juga gak asal demo. Habis habisin energi aja.
kalo nonton acara di MetroTV program today dialogue, kesannya pemerintah tetap mau menaikkan harga BBM.
padahal jika naik BBM maka hampir semua komponen harga pasti akan naik.
kenapa Indonesia negara kaya malah jadi miskin gara-2 harga BBM dunia naik, harusnya menikmati harga kenaikkan utk kepentingan rakyat.
(pendapat pribadi aja)
thanks
AYO LAH LIAT SITUS: Axxyc.com
(Komunitas Indo, ga perlu register)
blog yng keren boz.
a jadi punya andai andai sederhana.
kata pemerintah kan, subsidi itu kebanyakan u menengah atas. yaaa diambil para pengguna mobil pribadi dsb.
Naaaa, kalo pemerintah nga mo rugi2 amat, ambil aja pajak dari para pengguna mobil dan motor itu. Jadi, semua beres kan ?
_data tahun 2006: 15 juta mobil dan 35 juta motor. yang industri atau power plant ngga usah diitung, kan katanya uda nda ada subsidi_
menurut a, ini fair. pemerintah selama ini menganggap subsidi BBM hanya untungin orang menengah atas, solusi nya ya itu tadi. ambil subsidi yang telah dikeluarin itu lewat pajak. Pajak bisa diambil lewat mekanisme di kepolisian.
gimana menurut ente ???
selain itu, kayaknya lumayan bisa nguranging traffic di jalan. Biar pertumbuhan pembelian kendaraan bisa dikurangin dan masyarakat berpindah ke mass transport.
entahlah pak
yang jelas mari kita cari solusi menyiasatinya
setuju ngga ?
Kayanya yang ngawur pak kwik deh.
Ini penjelasan dari salah satu blog, yang menurut saya lebih cerdas dari hitungan om kwik..
http://ekonomi-migas.blogspot.com/2008/05/komentar-thd-tulisan-kkg.html
menurut saya sih pak kwik yang bodho, maaf ya pak kwik..
pertama, dulu udah dihitung seperti itu dah disanggah
kedua, sewaktu jadi menteri malah diam
ketiga, setelah tak jadi menteri bicara lagi
keempat, saya percaya tulisan mas rovicky di wordpress dan tanggapannya (komen) dari ex.pegawai pertamina di situ.
(rovicky.wordpress.com)
Sekedar Selingan , tombo ngantuk,
sekedar numpang di Blog Pak Progo Boleh kan
Dear All
Memang Ulasan MIGAS Detail….tetapi juga Ruwet…..Itulah Ciri…LEMAHNYA MANAJEMEN.
Manajemen yang Baik Mustinya Detail……dan menuju ke mudahan terbaca…sehingga TRASPARANT
Saya Takut kalau kebiasaan cara berpikir Yang Kaya Begini…
Yah sampai kapan Manajemen Indonesia Bisa Lebih Baik.
Kalau tidak ada usaha untuk menerima Ide-Ide Kritis….Dan Tidak Mau berubah.
Memang selalu ada alasan untuk menutup Kekurangan.
Ini bisa salah satu Ide yang lebih mengarah terbentuknya Transparasi.
Coba Bikin Neraca Untung/Rugi Industri MIGAS tersendiri dalam 1 Tangan Menteri Perminyakan.
Dia harus merubah sistem Manajemennya sehingga bisa mngarah bagaimana Tranparasi terbentuk Yaitu a.l.:
Berapa Keuntungan/Kerugian dari penjualan/Pembelian MM ( 1 manajemen)
Berapa Keuntungan/Kerugian dari Industri refinery ( 1 manajemen)
Berapa Keuntungan/Kerugian dari Industri Gas ( 1 manajemen)
Saat ini manajemennya silang silang tak effektif dan membuat transparasi dan perhitungan menjadi Susah dan mudah KACAU.
Itulah tantangan para pejabat yang memegang tanggung Jawab ini. Inilah yang saya maksud dengan Kemampuan Manajemen kita Masih lemah.
Inilah mungkin sekedar pesan dari Hari Kebangkitan Nasional.
Salam HARKITNAS
Ridwan Fakih
________________________________________
From: Pangestu, Imam
Sent: Tuesday, May 20, 2008 9:12 AM
To: Haryono, Rafiq; Santoso, Mohammad Arif; SURYANTO, CUK; Nugraha, Candra; Hendriasmono, Ardianto; Fakih, Ridwan; ‘Sukarsono SB (SBSUKAR)’; ‘Yunianto, Ari (ariyuni)’; ‘Arwansyah Johan’; Arief, Mohammad Joenaedy; Dani, Chairul; Aldy, Win; Nur, Solechudin Kosasih
Subject: (terakhir) Fw: Serba serbi Subsidi BBM
ULASAN rekan MIGAS!! Lebih detail!!
Dengan assumi Minya Mentah RI dengan Opex Cost nya sebesar 0 us$/bbl…apalagi kalo 4 – 10 usd/bbl
——— Forwarded message ———-
From: sani dinar
Date: May 15, 2008 12:14 PM
Subject: Re: [Oil&Gas] (migas) Serba serbi Subsidi BB
To: Migas_I
Tdk semua MM yg dihasilkan bisa diolah di kilang PN karena desain dan on straint kilang, dan MM yg kategori ‘bagus’ pun semuanya diolah di kilang PN, justru yg tdk bagus lah yg dijual misal krn kandungan sulphur/mercury yg tinggi. Trus yg kita impor pun minyak2 bagus juga hasil produksi Malaysia, Brunei, Vietnam dan yg dr Arab Saudi pun diklasifikasikan minyak ‘bagus’ karena bukan yg heavy sour grade.
Sebagai gambaran sederhana : Produksi minyak mentah indonesia pada saat ini adalah 980jt- an bpd (utk mencapai 1 jt saja tahun 2008 ini secara lifting blm pernah tercapai). Misal kt ambil angka 1 jt produksinya, tp musti diingat yang 1 jt bpd ini adalah produksi secara nasional (KPS, Pertamina, TAC, JOB) tp dr 1 jt itu yg menjadi hak bagiannya pemerintah yg bisa masuk kilang Pertamina utk diolah adalah sekitar 600rb an bpd, (sisanya jatah si kontraktor sendiri, mereka jual sendiri). Sementara kilang PN kapasitasnya 1jt bpd jd harus impor MM 400rb an bpd utk beroperasi scr max capacity, dari 1jt bpd intake MM ini tdk semuanya bs diproduksi menjadi BBM lg sebesar 1jt bpd, karena setelah diolah akan terbagi2 menjadi fraksi atas, tengah dan bawah. BBM kt adanya di atas (gasoline, lpg) dan tengah (kerosene, solar, avtur) fraksi bawah hanya fuel oily g bisa dikategorikan sebagai bbm dan secara keekonomian kilang itu rugi kl banyak menghasilkan fraksi
bawah ini krn harga jualnya dibawah harga MM.
Kl kt ikuti “alurnya” penulis, dr produksi “BBM” yg 1 jt itu kita masukan komponen biaya impor minyak mentah yg hrs ditanggung oleh PN dgn harga beli sesuai pasar internasional, dengan perhitungan “kasar” dengan menggunakan “data yang seharusnya”, maka :
MM Domestik dihargai 0, Impor MM US$125/bbl, Impor BBM (based on MOPS) US$ 150/Bbl, Biaya produksi US$15/bbl, akan diperoleh hasil sbb :
Item Vol Harga US$/Bbl (cost) Harga Jual US$/Bbl Untung/Rugi Untung/Rugi per hari
Intake MM Domestik 600,000.00 15 77 62 37,200,000.00
Intake MM Impor 400,000.00 140 77 -63 (25,200,000.00)
Impor “BBM” 200,000.00 150 77 -73 (14,600,000.00)
Rugi 2,600,000.00
Dengan bgt, walaupun nilai MM Domestik kita nilai 0 ttp aja secara keekonomian kita masih rugi.
FYI :
Venezuela adalah salah satu top exporter MM Dunia, harga yg tertulis di data tersebut pun adalah harga subsidi, demikian pula Iran dan Malaysia (yg berencana mengurangi nilai subsidinya), khusus Iran adalah importer untuk produk diesel/solar karena kapasitas kilang mereka yg terbatas dan mulai kepayahan dlm memberikan subsidi karena alasan yg sama dgn Indonesia, anggaran.
From: Fakih, Ridwan
Sent: Tuesday, May 20, 2008 9:24 AM
To: Fakih, Ridwan; Pangestu, Imam; Nur, Solechudin Kosasih; Santoso, Mohammad Arif; SURYANTO, CUK; Nugraha, Candra; Hendriasmono, Ardianto; ‘Sukarsono SB (SBSUKAR)’; ‘Yunianto, Ari (ariyuni)’; ‘Arwansyah Johan’; Haryono, Rafiq; Arief, Mohammad Joenaedy; Dani, Chairul; Aldy, Win
Subject: RE: [Aliflamha] Fw: Serba serbi Subsidi BBM
Dear All
Sebenarnya diskusi DEBAT tentang itung-itungan itu DIDASARI pada KECURIGAAN DASAR PERHITUNGN sewaktu
IProduksi MINYAK Kita masih 1.7 juta, Konsumsi kita masih dibawah 0.8 juta.
TETAPI KOK ADA ISTILAH SUBSIDI….( Ini Yang Aneh –kok bisa saat itu ada SUBSIDI)….DAN ITU MASIH dibawa sampai saat ini.
Kalau ORANG PERTAMINA pasti akan tidak setuju Dengan HITUNGAN…..dari Kwik Kin Gie. Hitungan ini Hitungan LINEAR yang sederhana perinciannya ada di PERTAMINA (tidak dikasikan ke KKG). Kalau perlu DIBUKA SEMUA Nanti Pasti Kebuka Semua.
Sebenarnya intinya kenapa ISTILAH SUBSIDI DIMUNCULKAN SAAT ITU sewaktu kita masih menjadi PENGEXPOR masih sama dengan saat ini.
Sekarang sudah 0.2 juta impor Kita harus hilangkan Istilah ”SUBSIDI”yang Salah Kaprah dari DULU untuk MINIPU RAKYAT ITU.
Harusnya : BIKIN NERACA UNTUNG RUGI Industri MIGAS dalam 1 Paket :
Nanti temukan : NILAI $ berapa KEUNTUNGAN/KERUGIAN industri MIGAS
Dalam 1 Tangan Menteri MIGAS ( PakYusgiantoro)
1. Berapa Untung/Rugi: Penjualan & Pembelian Minyak Mentah ….Ini Mustinya UNTUNG. ( Untung 1)
2. Berapa Untung/Rugi RefineryIndustri : Mungkin Rugi/Mungkin Untung ( Karena Kurang Transparat) — Kalau dibantu oleh ( Separonya Kentungan 1)…
PASTI UNTUNG –ketemu Untung2 ——Kalau Nggak untung Malu sama Singapor yang nggak punya Minyak Mentah Kok Refinery Jalan—-
(Pasti ada debat tentang Harga Jual …..).
3.. Berapa Untung/Rugi Penjualan Gas : JELAS UNTUNG 3
—————————————————————————————- + Jumlahkan !+2+3- Masukkan dalam APBN —- Nggak Usah ada ISTILAH SUBSIDI……..
Dari perhitungan DIATAS : PASTI UNTUNG……Angka ini Masukkan ke APBN….terus dipakai sebagai Belanja NEGARA….Untuk Usaha Memakmurkan RakyaT
SIAPA BILANG TEKOR atau RUGI……Yang penting kita perlu MAJAMEN BARU MENYUSUN ANGGARAN APBN Hilangkan Istilah SUBSIDI BBM
Salam Hari Kebangkitan Nasional
20 mei 2008
Ridwan Fakih
________________________________________
From: Pangestu, Imam
Sent: Tuesday, May 20, 2008 8:10 AM
To: Nur, Solechudin Kosasih; Santoso, Mohammad Arif; SURYANTO, CUK; Nugraha, Candra; Hendriasmono, Ardianto; Fakih, Ridwan; ‘Sukarsono SB (SBSUKAR)’; ‘Yunianto, Ari (ariyuni)’; ‘Arwansyah Johan’; Haryono, Rafiq; Arief, Mohammad Joenaedy; Dani, Chairul; Aldy, Win
Subject: RE: [Aliflamha] Fw: Serba serbi Subsidi BBM
Temans
Bagi yg belum dapet,….Dari milist tetangga,…komentar2nya sangat make sense!!! Tentang tulisan KKG (kwik kian gi )
———- Forwarded message ———-
From: Ari Firmansyah
Date: May 19, 2008 10:01 PM
Subject: Re: [Oil&Gas] Re: Itung2an Subsidi BBM a la Kwik Kian Gi
To: Migas_Indonesia@yahoogroups.com
Hitung2an subsidi BBM ala Kwek Kwek nGawur – koreksi terhadap itung2annya Kwik Kian Gie (ada juga komentar saya di http://www.koraninternet.com).
Produksi dalam liter per tahun : 70 % x (1,000.000 x 159 ) x 365 = 40,624,500,000
produksi ini adalah crude oil, dimana tidak semua crude oil itu bisa dikonversi sebagai BBM (bensin, solar, minyak tanah). Fraksi ringan, jadilah
dia LPG, sedangkan fraksi berat jadilah dia aspal, wax dsb. Sementara bensin dan sebangsanya itu fraksi yang agak berat, masih bagus kalo crude yang
diproduksi bisa jadi BBM separuhnya, katakanlah rata-rata 50 % artinya yang jadi BBM itu cuma *20,312,250,000* liter.
Konsumsi dalam liter per tahun 60,000,000,000, ini adalah konsumsi BBM, bukan crude. Jadi sesungguhnya impor yang dibutuhkan bukanlah sebanyak
19,375,500,000 liter tapi *39,687,750,000 liter* BBM which is lebih dari 2 kali lipat itungannya KKG. Kalau kita impornya dalam BBM siap pakai maka
harganya bukan lagi $100/barrel tapi $100/barrel + biaya pengolahan + biaya transport. Let say harga belinya jadi $110/barrel
Maka hitungannya pak Kwik menjadi Rupiah yang keluar untuk impor:
(*39,687,750,000* : 159) x $ 110 x Rp 9500 = Rp *260,840,872,641,509.*
Kelebihan uang dari harga jual didalam negeri (hanya yang bisa dijual
sebagai BBM, dalam hal ini premium)
20,312,250,000 x Rp 3,870 (asumsinya KKG) = Rp 78,608,407,500,000
Maka negara mesti nombokin buat impor BBM = Rp *182,232,465,141,509*
>
> — On Mon, 5/19/08, agus suryono <gusurya@yahoo.com >
> wrote:
>
> > From: agus suryono <gusurya@yahoo.com >
http://rfakih.multiply.com/journal/item/1/Renungan
Sinyalemen Ronggowarsito Sudah Terjadi?
Jaman ini Jaman Edan?
(Sebuah Renungan – oleh Ridwan Fakih)
Saya pernah menulis tentang cerita Kancil Nyolong Timun Vs Budaya korupsi”, diakhir tahun 2007, dengan mencoba memakai dasar pemikiran Prof David MacLleland, dalam teori achievement-nya, sebenarnya saya masih ragu akan kebenaran dengan tulisan saya tersebut. Tetapi tiba-tiba diawal bulan Maret 2008 muncul berita tertangkapnya ketua Jaksa Penuntut Kasus BLBI Syamsyul Nursalim oleh KPK, dua hari setelah Kasusnya diputuskan bebas tak bersyarat. Maka saya lebih yakin dengan tulisan tahun lalu dan saya mencoba menulis tulisan ini.
Sangat ironis memang berita tersebut, karena ternyata.dijaman reformasi budaya korupsi itu tidak kunjung berkurang, tetapi justru makin menjamur. Dan yang paling tragis, Jaksa penuntut Kasus BLBI sama sekali melupakan bahwa BLBI itu salah satu penyebab yang membuat seluruh rakrat Indonesia menderita karena membuat melorotnya nilai rupiah terhadap dolar. Walaupun ini baru dugaan, tetapi pikiran logis akan mengatakan ada hubungannya antara dugaan KPK terhadap ketua jaksa penuntut menerima suap sebasar 6 Milyar rupiah dengan bebasnya Syamsyul Nursalim Obligor Kakap Kasus BLBI tanpa syarat.
Kelihatannya ada korelasi cerita rakyat “Kancil Nyolong Timun”yang diserap masyarakat pada saat itu dengan kehidupan sekarang yang kebanyakan birokrat atau siapa saja yang mempunyai kesempatan untuk korupsi menggunakan kesempatan ini tanpa malu-malu. Ada istilah korupsi diganti dengan “bisnis” dalam arti mem”bisnis”kan jabatan sehingga menghasilkan produk uang pelicin untuk menerapkan prinsip manajemen “win-win solution” antara birokrat dan pengusaha.
Itu adalah fakta bahwa ada budaya korupsi yang sudah merasuk dalam kehidupan bangsa ini, kita sudah sudah terbiasa dengan budaya korupsi itu menjadi bagian dari hidup bangsa ini. Orang yang punya jabatan mulia, jabatan yang mengandung amanah untuk kontribusi memakmurkan rakyat ini, ternyata terkalahkan oleh nafsu mengeruk keuntungan pribadi dari jabatan amanah tersebut. Dan disekitar kita banyak sekali praktek-praktek dalam menjalani proses kehidupan saherí-hari yang berbau koruptif
Lihatlah cara hidup sehari-hari kita dari cara mendapatkan KTP, cara memungut uang parkir, retribuís, surat ijin mengemudi sampai cara bisa lulus ujian mendapatkan gelar kesarjanaan, mendapatkan pekerjaan, bahkan untuk membuat rancangan undang-undang pun masih berselimut bau koruptif dan masih banyak aktifita hidup yang lain.
Jaman ini mungkin masuk “jaman“edan” Mungkin ada benarnya sinyalemen pujangga tahun 1845-an Ronggowarsito yang mengatakan dalam Serat Kalatida nomer 7 sebagai berikut::
“Amenangi jaman edan, Ewuh aya ing pambudi, Milu edan nora tahan, Yen tan milu anglakoni, Boya kaduman Meliá, Kaliren wekasanipun, Ndilalah karsa Allah, Begja-begjane kang lali, Luwih begja kang eling lawan waspada,
Artinya : Hidup didalam jaman edan, memang repot. Akan mengikuti tidak sampai hati, tetapi kalau tidak mengikuti geraknya jaman tidak mendapat apapun juga. Akhirnya dapat menderita kelaparan. Namun sudah menjadi kehendak Tuhan. Bagaimanapun juga walaupun orang yang lupa itu bahagia namun masih lebih bahagia lagi orang yang senantiasa ingat dan waspada.
Kalau diartikan secara bebas dengan konteks saat ini, mungkin cocok. Melihat dan mengikuti berita saat ini mirip jaman edan yang digambarkan pujangga Jawa Ronggowarsito, jaman ini jaman edan yang nggak edan nggak keduman”, dan semua orang berbuat “edan” atau gila, tak berpikir lagi sebagai orang waras, demi mengejar kekayaan berlimpah, menjadi gila menghalalkan segala cara tak ada idealisme untuk hidup apa adanya.
Jaman ini jaman edan karena, banyak orang mengejar kemewahan dan sangat konsumtif dan cenderung mencari dan mengejar gaya hidup berlebihan dan penuh kemewahan, sementara sebagian besar rakyat masih bergelimang dengan lumpur kemiskinan dan kesulitan hidup.
Banyak orang hanya menangkap kalimat Rongowarsito sampai penggal kalimat pertama. Kalimat Ronggowarsito berikutnya diabaikan. Kalimat berikutnya yang mengatakan : tetapi yang paling selamat dan benar adalah orang yang “eling lan waspodo”. Kalimat ini nggak pernah ada orang yang menggubris, jarang yang ingat untuk berbuat benar, untuk tidak berbuat “edan yaitu mengikuti arus untuk berkorupsi”.
Terjadikah sinyalemen Ronggowarsito tersebut? Saya cenderung mengatakan “ya” dan membenaran sinyalemen tersebut.
Lalu pertanyaan berikutnya, apakah kondisi ini akan kita biarkan terus sampai akhirnya waktu akan menyelesaikan? Saya kira tidak, karena nafsu keserakahan itu bagaikan api yang akan cenderung membakar dan membesar, kalau tidak ada usaha menghentikan untuk memadamkan, bangsa ini akan semakin sulit untuk bangkit Kita bangsa Indonesia harus mencari solusinya untuk memperbaiki kondisi ini. Lalu apa solusi, jalan keluar menuju perbaikan kondisi bangsa ini.
Mungkin solusi yang bisa ditawarkan : Kita bangsa Indonesia harus “Eling lan Waspodo” mencari jalan untuk mampu berbuat benar. Dan saya menyarankan kita mungkin perlu “Change Paradigm” kita perlu sebagai bangsa, kita perlu berubah cara berpikirnya, mungkin bangsa ini perlu melakukan perubahan cara hidup atau bisa memakai istilah “hijrah”nyai Nabi Mohammad SAW, supaya kita berubah nasibnya, yaitu “hijrah dalam cara berpikir” kelihatannya bangsa ini yang sudah berselimut budaya korupsi harus hijrah dengan pikiran baru, cara pandang baru dalam hidup berbangsa ini. Mungkin bisa juga kita mengadakan semacam “Revolusi Budaya” seperti Rakyat Cina untuk bisa nasibnya berubah dari kondisi saat ini.
Kita perlu menata kembali cara hidup sehari-hari kita yang menggambarkan hidup berbangsa kita, kita perlu memperbaiki bagaimana mendapatkan KTP, cara memungut uang parkir, sampai paraktek-praktek anggota DPR dalam menyususn RUU yang masih berselimut bau koruptif dan masih banyak aktifita hidup yang lain. Dan ini semua harus kita tinggalkan, kita perlu berubah untuk tidak berselimut dengan budaya koruptif. Lalu pertanyaan berikutnya bagaimana bentuk “change paradigm”, hijrah pikiran, atau revolusi budaya bangsa ini. Inilah yang perlu kita susun konsep tersebut. Semoga saran ini pembaca bisa ikut memikirkannya.
Kuwait, 9 Maret 2008
Ridwan Fakih
Ya… Indonesia negara yang kaya akan sumber daya alamnya….
saat migas dan komoditi pangan naik … harusnya kita mendapat kesempatan mengambil keuntungan !!!
saya yakin ada ketidakberesan dalam manajemen negara kita ….
Saya dukung transparasi …..dalam semangat Kebangkitan Nasional ….
Katanya “KITA BISA !”
tapi kok masih belum berubah nih…..
Blog ini digubris nggak ya sama yang sedang berkuasa……
hehehe
ealah…
pak
aku mumets 🙄
guru ips saya waktu itu menjelaskan seperti ini pak, Indonesia memang produsen minyak mentah. Namun untuk mengolahnya Indonesia belum mampu. Kalaupun mampu hanya tak seluruhnya diolah. Ibaratnya keperluannya 1000 tapi diolahnya hanya 600. Jadi minyak2 mentah itu dijual kepada negara lain untuk kemudian setelah diolah kita beli kembali. Sepertinya alasan harga minyak dan bahan-bahan bakar lainnya lain naik ya karena yang satu ini.
Oklahoma says : I absolutely agree with this !
Ini gosip jalanan: “kayaknya yang pertama kali ditanyakan pada pertamina oleh pemerintahan SBY-JK dan partai2 yang duduk di DPR adalah jika minyak dinaikan 30%, berapa yang bisa pertamina berikan untuk dana kampanye besok?” Pertamina pun menghitung-hitung….”oke bisa dinaikkan…tapi terus naikan sampai harga minyak sama dengan harga minyak dunia” Kata pemerintah lagi, “so pasti!” dalam hati mereka (pemerintah)….berbisik, “itu mah sudah diatur dalam UU MIGAS, mampus lu (pertamina)…sekarang lu kuasain sektor hilir…besok kalau harga minyak kita sudah sama dengan dunia…gue (pemerintah) akan undang lebih banyak perusahan minyak seperti SHELL, PETRONAS, EXXON… untuk buka SPBU menyaingi Lu…pada yang takaran minyaknya juga suka kurang…ha…ha…ha…” Rakayat indonesia: “BEREBUT NASI AKING!!! MAKAN DEDAUNAN SEPERTI ULAT.. ANAK-ANAK PUTUS SEKOLAH DAN BUSUNG LAPAR” Di daerah gunung kulon…satu desa penduduknya mati semua karena kelaparan……NEW ETHOPIA IS COMING….NEW SOMALIA…IS BACK….INDONESIA…NEGERI KAYA…YANG RAKYATNYA MISKIN…KARENA KEKAYAANNYA DIRAMPOK ASING…DAN PARA KOMPRADOR MENYERAHKAN BEGITU SAJA DENGAN IKHLAS PADA PARA IMPREALIS……MARI KITA MERDEKAKAN BANGSA INI!
pemiliknya lagi ke mana ya ?
Sahaya agak heran dengan intel2 kita.koq bisa2nya nggak mau ngintip dan nggebuk permainan mafia minyak dengan kuli2 di pertamina . jangan jangan tangannya kecepretan minyak juga ya ?jadinya ikutan licin ..nggak bisa kepegang..susah kalo para senopati sudah kehilangan jati diri,jadinya begini dah.kalo perlu negara digadaikan sama org lain,asal kantong sendiri tebal.
Rasanya sangat sulit untuk membuka benang kusut model begini, selama pemimpin puncaknya masih “ndoro” sama londo-londo itu. sebenarnya ada satu orang yg gede nyalinya yaitu gus dur,man! Tapi sayang,gusdur ini nggak punya orang2 kuat yg bisa mendampingi,padahal kalo pemikirannya dimengerti sama pemimpin di indo raya woww..Indonesia bakalan selevel sama barat,man. Kita2 yg ada di amrik baru bisa ngerti pikiran dia setelah bertaon2 tinggal dan menjalani kehidupan di negara maju kayak amrik.
sahaya dan konco2 sedih kalo mendengar berita dari tanah air indonesia raya. koq kita nggak bisa kayak negara2 londo ini atau barangkali para pemimpin dan koeli2nya ngga rela indo raya dan penduduknya pinter dan makmur sehingga nggak ada yg dibodohi mereka.ha ha ha ha..Lagi lagi mental ken arok, KHIANAT !!!
adios amigo!!!!!
mbak menik,.. ayu-ayu koq mumetan… 😀
wah berat ni… sebagai anak kos, berat lah kalo naek terus BBMnya…
alhamdulillah yang selama ini saya cari ketemu… satu barel tu ternyata 159 liter… (penting banget itu buat aku)
gue mau migrasi ke amrik aja kalau ada kesempatan. pusing hidup di indon apa-apa serba mahal. sebuah kesalahan besar lahir di indon (penyesalan nih he he ).
Kesimpulannya Indonesia masih jauh dr Adil dan Makmur, mungkin ribuan tahun lg. Manusia Indonesia tidak lebih baik dr Belanda dan Jepang yg menjajah kita, yg membunuh dan memperkosa rakyat Indonesia, org Indonesia membunuh dan memperkosa sesamanya. Seperti binatang ada yang Kanibal dan tidak.
kalo boleh sedikit komentar, biaya Biaya lifting, pengilangan dan pengangkutan US $ 10 per barrel adalah biaya pada saat harga minyak $18 per barrel. sekarang harga minyak berapa om? tentu biaya liftingnya juga gak segitu 🙂
silakan tanya kiri-kanan, biaya lifting sekarang +/- $ 50 per barrel.
asumsi produksi 1 juta barrel per hari juga berlebihan, tahun lalu rata-rata kita cuma bisa mencapai 910rb barrel per hari, dan perbedaan itu cukup signifikan.
apa bener seperti itu? monggo sama-sama belajar, gak sesederhana itu. saya kuatir penyederhanaan yang ndak pas, ditambah asumsi yang juga ndak tepat, hanya akan jadi pembakar emosi rakyat, dan tidak menunjukkan fakta sebenarnya. hampir mendekati (mohon maaf) “fitnah” 🙂
Terimakasih mastein atas inputannya….yang jawab mestinya pak kwik ya atau blogger lain ?
salam- Progoharbowo
waduh…..
Saya berfikir bahwa semua hitung2an dalam comen di sini bagus2 semua.. tapi sayang, dari versi2 hitung2an disini cuam ada “SATU” yang paling pas atau paling benar dan yang lain salah hitung.. tapi, ada juga kemungkinan yang terjadi yaitu semua hitung2 ANDA-ANDA ini “SALAH SEMUA” itu yang bahaya.
kita haya terpaku paha konsumsi angka kredit yang hilir mudik (lihat saja data-data yang anda-anda tulis simpangsiur dan mungkin ada yang ngelantur) tanpa henti… sedangkan hal yang paling penting adalah “BAGAIMANA BANGSA INI BISA MENSEJAHTERAKAN RAKYATNYA DENGAN SITUASI YANG RUMIT / NGEJELIMET’.
Hitungan labah/rugi yang anda pikirkan hanyalah tahapan-tahapan dari implementasi penyelesayan masalah tersebut. meskipun sulit untuk merealisasikan solusi yang ada baik itu buah fikir pemerintah, atau tim ahli yang dianggap sebagai win2 solusion, toh masi saja kita harus impor minyak… yang harus kita fikirkan adalah, Bagaimana kita memenej keuangan bangsa ini sebaik mungkin dengan penekanaan dampak negatip seminim mungkin (bukan saling tutup menutupi atau simpan transparansi) dengan indikator perekonomian rakyat HARUS TETAP STABIL.
Memeng,, negeri kita bukan negeri yang kaya minyak..tapi, itu bukan berarti kesenjangan sosial / ekonomi dibiarkan semakin merentang kebawah sehingga rakyat kalangan bawah semakin lama semakin mederita…